1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dewan Militer Mesir Lunakkan Sikap

22 November 2011

Penyerahan kekuasaan kepada pemerintah sipil di Mesir semakin dekat. Selasa (22/11) Dewan Militer nyatakan kesediaan adakan referendum mengenainya. Sementara itu kerusuhan terus berlangsung.

https://p.dw.com/p/13F96
ARCHIV - Hussein Tantawi, aufgenommen am 03.05.2011 in Kairo, Ägypten. Feldmarschall Mohammed Hussein Tantawi (76) ist aktuell der mächtigste Mann in Ägypten. Er gilt als Pragmatiker ohne Gespür für Diplomatie und leise Zwischentöne. Foto: Cai Yang POOL (zu dpa-Porträt vom 21.11.2011) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Hussein Tantawi yang memimpin pemerintahan militer Mesir.Foto: picture alliance/dpa

Dalam pertemuan darurat yang berlangsung lima jam, para jenderal dalam Dewan Militer di Mesir tidak hanya bersedia mengadakan referendum, melainkan juga menerima pengunduran diri Perdana Menteri Essam Sharaf. Dewan itu juga mengumumkan pembentukan kabinet baru untuk memperbaiki keadaan negara. Demikian keterangan yang diberikan Abul Ela Madi dan Mohammd Selim el Awa. Kedua politisi itu ikut dalam pembicaraan yang berlangsung di Kairo.

Akibat aksi protes besar beberapa hari terakhir ini yang menyebabkan sejumlah besar orang tewas, penyerahan kekuasaan dari militer ke pemerintah sipil akan diajukan ke tanggal 1 Juli tahun depan. Demikian ditambahkan kedua politisi. Menurut rencana sebelumnya, penyerahan kekuasaan baru akan diadakan akhir 2012 atau awal 2013.

Tuntutan Demonstran

A Protester throws a tear gas canister away during clashes with the Egyptian riot police near Tahrir square in Cairo, Egypt, Tuesday, Nov. 22, 2011. Egypt's civilian Cabinet has offered to resign after three days of violent clashes in many cities between demonstrators and security forces, but the action failed to satisfy protesters deeply frustrated with the new military rulers. (Foto:Khalil Hamra/AP/dapd)
Demonstrasi di dekat lapangan Tahrir (22/11)Foto: dapd

Dalam sebuah pidato di televisi, panglima militer Hussein Tantawi Selasa malam (22/11) juga mengumumkan, pemilu presiden akan diadakan sebelum 30 Juni 2012. Sikap demonstran yang berkumpul di lapangan Tahrir tidak tampak melunak. Seorang dari mereka mengatakan, "Kami tidak akan pergi, dia yang harus pergi," dengan merujuk kepada Tantawi.

Selasa kemarin puluhan ribu warga Mesir kembali mengikuti seruan demonstrasi massal di pusat kota Kairo. Aparat keamanan menghindar dari lapangan Tahrir sejak Senin lalu untuk mencegah konfrontasi dengan demonstran. Upaya yang mereka adakan beberapa kali untuk mengosongkan lapangan gagal. Di jalan-jalan di dekat lapangan Tahrir, antara lain antara lapangan itu dan kantor pusat polisi terjadi bentrokan.

Kerusuhan Masuk Hari Keempat

Aparat keamanan yang mengenakan seragam hitam, didukung oleh pasukan militer, menembakkan gas air mata dan peluru karet terhadap sejumlah pria muda, yang bereaksi dengan melemparkan batu atau bahan peledak.  Akibat kerusuhan yang sudah memasuki hari keempat, sejauh ini 29 orang tewas. Sementara itu pasar saham di Kairo menghentikan perdagangan, setelah indeks sahamnya merosot 5%.

Seorang jurubicara militer mengatakan kepada kantor berita AP, pasukan pemerintah menempatkan kawat berduri dan barikade di sekitar kantor pusat aparat keamanan, untuk mencegah serangan masa. Ia menambahkan, mereka berada di lokasi itu hanya untuk melindungi departemen dalam negeri.

"Mengenyahkan Pemerintah"

Aksi protes yang sekarang berlangsung hampir serupa dengan pemberontakan 18 hari, yang akhirnya berhasil menggulingkan rejim Hosni Mubarak Februari lalu. Slogan-slogan yang diserukan juga banyak yang sama, tetapi nama Mubarak diganti menjadi Tantawi. Di mata demonstran, para jenderal gagal dalam usaha menstabilkan negara, menghidupkan perekonomian dan melaksanakan demokrasi dengan lebih baik.

"Tujuan demonstrasi adalah mengenyahkan pemerintah. Mereka masih terus mencuri, dan rakyat tidak memperoleh makanan," demikian dikatakan seorang demonstran yang berusia 23 tahun, yang menopang temannya yang terkena gas air mata. Ia menambahkan, Tantawi harus pergi, karena ia berusaha melindungi Mubarak, dan tidak ingin menghadapkan Mubarak ke pengadilan.

Aksi Protes Jelang Pemilu

epa03004042 Egyptians walk beneath campaign banners and posters ahead of parliamentary elections, in Cairo, Egypt, 15 November 2011. Egypt's parliamentary elections, the first since ousted president Hosni Mubarak was unseated in February, are to begin on November 28. Two third of the seats are going to be contested for by party lists, while individual candidates are going to vie for the remaining third. EPA/KHALED ELFIQI +++(c) dpa - Bildfunk+++
Dua warga Mesir berjalan di dekat poster-poster kampanye bagi pemilu Senin (28/11)Foto: picture alliance/dpa

Sementara itu, seorang jurubicara departemen dalam negeri menyatakan, tiga warga asing ditangkap. Mereka melemparkan bom yang menyebabkan kebakaran ke arah aparat keamanan, dari gedung Universitas Amerika di Kairo. Seorang juru bicara universitas mengatakan, ketiganya adalah mahasiswa asal AS.

Mantan Presiden Uni Sovyet Michail Gorbachev menyatakan dukungannya bagi aksi protes terakhir di Mesir. Demonstrasi itu "memiliki dasar jelas dan bermakna menentukan," demikian dikatakan Gorbachev yang berusia 80 tahun kepada kantor berita AP.

Kerusuhan dimulai sekitar sepekan sebelum pemilu pertama diadakan, di era setelah Mubarak mengundurkan diri, tanggal 28 November mendatang. Akibat kerusuhan muncul kekhawatiran, bahwa itu akan menyebabkan pembatalan pemilu. Sementara itu, organisasi hak asasi Amnesty International mengkritik tajam pemerintah militer Mesir dalam laporan terakhirnya. Pemerintah dinilai ingkar janji untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia di Mesir.

afp/dpa/Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria