Demo Pembakaran Al-Qur'an Telan Korban Lagi
3 April 2011Sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam rangkaian demonstrasi berdarah di Afghanistan hari Minggu (3/4). Korban tewas termasuk seorang polisi. Dua warga sipil yang tewas terkena ledakan gas silinder yang dibakar dan dilempar pengunjuk rasa ke pos polisi. Demonstrasi di Afghanistan telah memasuki hari ketiga menentang pembakaran Al-Qur'an yang terjadi 21 Maret lalu di negara bagian Florida, Amerika Serikat.
Ratusan warga turun ke jalanan di provinsi Kandahar. Di Universitas Kandahar, para mahasiswa juga menggelar protes. Gubernur Kandahar, Zulmai Ayoubi, memerintahkan pasukan keamanan untuk mengamankan para pengunjuk rasa dan menghentikan kaum oportunis yang membonceng demonstrasi. Menurut Menteri Dalam Negeri Afghanistan, jumlah warga yang turun ke jalan di 5 provinsi yang berbeda hari Minggu mencapai 4 ribu orang.
Markas PBB Menjadi Target
Tujuh orang pekerja PBB dan 5 warga Afghanistan tewas hari Jumat (1/4) saat terjadi serangan ke markas PBB di Mazar-i-Sharif. Hari Sabtu (2/4), sepuluh orang pengunjuk rasa tewas dan lebih dari 80 orang lainnya terluka. Serangan terhadap markas PBB menimbulkan kekhawatiran akan rencana Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan pasukan koalisi untuk menyerahkan kontrol keamanan di Mazar-i-Sharif kepada militer Afghanistan. Serangan ini menjadi yang terparah terhadap PBB sejak penggulingan Taliban di Afghanistan tahun 2001 lalu.
Karzai: "Terry Jones Harus Diadili"
Karzai hari Minggu kembali mendesak Presiden Barack Obama, Senat dan Kongres Amerika Serikat untuk mengutuk aksi pembakaran Al-Qur'an secara jelas dan verbal. Menunjukkan pendirian mereka terhadap insiden semacam itu dan mencegah terjadinya aksi serupa. Karzai menuntut Terry Jones, pastur yang menjadi otak di balik pembakaran Al-Qur'an, agar diadili.
Hari Sabtu, Obama telah memberi pernyataan yang mengutuk baik aksi pembakaran Al-Qur'an maupun respon yang berbentuk kekerasan yang terjadi di Afghanistan. "Penodaan teks suci termasuk Al-Qur'an adalah aksi intoleransi yang ekstrem dan fanatik. Namun penyerangan dan pembunuhan orang-orang tidak berdosa sebagai responnya sungguh keterlaluan. Penghinaan terhadap kesusilaan dan martabat manusia."
afp/dpa/Carissa Paramita
Editor: Edith Koesoemawiria