1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dekati Filipina, Rusia Kirimkan Dua Kapal Perang

3 Januari 2017

Rusia merapat ke Filipina sebagai bagian dari upaya mengikis pengaruh Amerika Serikat di kawasan. Untuk itu Moskow menawarkan bantuan dalam perang melawan terorisme dan perompakan, termasuk mengirim dua kapal perang.

https://p.dw.com/p/2VBb0
Russischer Lenkwaffenkreuzer Moskwa
Kapal perang RusiaFoto: picture-alliance/AP Images

Rusia berniat menggelar latihan militer bersama dengan Filipina, dengan tujuan utama menangkal ancaman terorisme dan perompakan. Sebagai langkah awal Moskow mengirimkan dua kapal perang ke Manila.

Dua kapal Rusia tersebut adalah Admiral Tributs, kapal perusak anti kapal selam, dan kapal pengangkut bahan bakar Boris Butoma. Kedua kapal tiba di Manila pada Selasa (3/1) untuk kunjungan selama empat hari. "Pemerintah kami akan membahas kemungkinan latihan militer gabungan," kata Laksamana Pertama Eduard Mikhailov sembari menambahkan pihaknya juga pernah menggelar latihan bersama dengan militer Indonesia.

"Masalah terbesar di dunia saat ini adalah terorisme dan perompakan. Bersama anda kami akan memerangi masalah tersebut dan menunjukan kemampuan militer kami," imbuhnya.

Filipina menjauh dari AS

Militer Filipina mengaku ini kali pertama perwira tinggi militer Rusia bertemu langsung dengan perwira angkatan laut Filipina. Selama ini militer jiran itu banyak bergantung pada Amerika Serikat. Setiap tahun kedua negara selalu menggelar latihan militer bersama. Namun terakhir Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan agar lokasi latihan dipindahkan dari Laut Cina Selatan agar tidak memprovokasi pemerintah Cina.

Kehadiran militer Rusia adalah bagian dari upaya pemerintah Filipina mencari sekutu baru selain AS. Bulan lalu Duterte mengirimkan menteri luar negeri dan pertahanan ke Moskow buat mengkaji perjanjian persenjataan. Langkah tersebut diambil setelah seorang senator AS mengklaim akan membatalkan penjualan 26.000 senapan serbu ke Filipina lantaran khawatir akan digunakan dalam perang narkoba.

"Anda bisa memilih untuk bekerjasama dengan Amerika Serikat atau Rusia. Tapi dalam sudut pandang kami, kami akan membantu anda dalam semua hal yang anda perlukan," imbuh Mikhailov.

rzn/as (rtr,ap)