1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikSuriah

Dari Gas Mustard Hanya Tinggal Garam

Alexander Drechsel4 April 2014

Jerman berikan sumbangan untuk pemusnahan senjata kimia Suriah. Karena Jerman punya pengalaman panjang soal pemusnahan senjata berbahaya.

https://p.dw.com/p/1Bc4E
Symbolbild OPCW Syrien
Foto: Philipp Guelland/AFP/Getty Images

Puluhan tahun setelah Perang Dunia I dan II berakhir, di Jerman tetap ditemukan sejumlah senjata kimia. Ada yang berasal dari jaman 'Perang Gas' antara tahun 1915 dan 1918, ada juga yang lebih baru. Memang selama PD II senjata kimia hampir tidak pernah digunakan. Tetapi baik Jerman maupun sekutu punya gas mustard, Tabun dan Sarin. Di Jerman, setelah perang senjata dan berbagai wadah berisi racun itu ditenggelamkan di laut atau dikubur.

Sekarang, jika ditemukan, senjata kimia dibawa ke perusahaan khusus di kota Munster, ke kantor organisasi pemusnahan senjata kimia dan sisa persenjataan (GEKA). Lahan perusahaan itu berada di tempat pelatihan militer, yang besarnya sekitar 23.400 lapangan sepak bola. GEKA adalah satu-satunya badan di Jerman, yang diijinkan memusnahkan senjata kimia.

Chemie Gefahregut, Fässer Ätzend Dioxin
Wadah tempat menyimpan bahan kimia berbahaya.Foto: picture-alliance/dpa

GEKA Bantu Musnahkan Senjata Suriah

Pemerintah Jerman kini menawarkan dukungan GEKA untuk pemusnahan senjata kimia Suriah, dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia Internasional (OPCW) menerimanya. Konkretnya, yang harus dimusnahkan adalah sisa dari 21 ton gas mustard Suriah.

Tetapi gas mustard itu tidak dinetralisir di Munster. GEKA hanya mengurus limbah dari proses itu. Sedangkan senjata itu sendiri akan dihancurkan dalam instalasi hidrolisis di kapal laut spesial milik AS, yaitu Cape Ray, di Laut Tengah. Di kapal itu, senyawa kimia akan diubah menjadi 370 ton hidrolisat, yang terdiri dari air sekitar 72%, 10% garam dapur, 10% natrium hidroksida, 8% thiodiglycol, juga 1,4 Dithiane serta 1,4 Thioxane sebanyak 0,3%.

Seperti Limbah Industri Beracun

Limbah cair dari proses hidrolisis bisa dibandingkan dengan limbah industri beracun, kata pakar senjata kimia asal Begia, Jean Pascal Zanders. Teorinya, hidrolisat itu bisa dimusnahkan di instalasi pembakaran biasa, ditambahkannya.

Tapi Zanders berpendapat, limbah itu sebaiknya dibawa ke Jerman, karena dari Thiodiglycol yang ada dalam limbah, orang bisa membuat gas mustard lagi, walaupun sangat sulit. Menurutnya Jerman negara yang tepat, karena terlepas sepenuhnya dari dugaan berminat membuat senjata kimia. Zander juga menilai, lokasi GEKA tepat karena jauh dari daerah pemukiman sehingga tidak akan menyulut aksi protes masyarakat.

Pembuangan Bukan Masalah

Memang di Munster dan sekitarnya tidak muncul protes apapun. Pimpinan GEKA juga tidak melihat masalah dalam penanganan 370 ton hidrolisat, yang dipindahkan ke dalam sekitar 15 tangki. Menurut Andreas Krüger, pimpinan GEKA bidang teknis, mereka sudah melakukan pembuangan senjata kimia sejak bertahun-tahun lalu dan siap menerima tugas ini, walaupun harus mengadakan sedikit perubahan teknis karena jumlah limbah yang besar.

Proses pembakaran sampai tetes terakhir hidrolisat musnah dalam panas 1.000 °C akan makan waktu sekitar lima bulan. Menurut keterangan militer AS, cairan limbah itu tidak kental, sehingga kemungkinan penyumbatan juga kecil, demikian ditambahkan Krüger.

Symbolbild Chemiewaffen
Foto: Philipp Guelland/AFP/Getty Images

Pada akhir proses pemusnahan ini, dari gas mustard hanya tersisa uap air dan garam. Itu garam yang berasal dari proses, tepatnya Natriumchlorid atau garam dapur, dijelaskan Krüger. Ia menambahkan, garam ini berasal dari pencucian gas dari proses pembakaran. "Garam ini secara rutin, jadi tanpa penugasan, kami simpan. Garam kami tempatkan di wadah-wadah dan disimpan di tempat penyimpanan jangka panjang."

2015 Pekerjaan Selesai

Gas mustard Suriah sekarang sudah berada di kapal Cape Ray di wilayah laut internasional. Jika komponen lain untuk memproduksi senjata kimia bisa diangkut dari Suriah, proses netralisasi di kapal AS itu mungkin bisa dimulai Mei 2014. Untuk proses itu para pakar perlu antara 45 sampai 90 hari.

Setelah pengangkutan selanjutnya dan proses 5 bulan di GEKA, sisa senjata kimia Suriah yang mematikan akan disimpan di Sondershausen, negara bagian Thüringen.