1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upcycling Logam

Carissa Paramita4 September 2013

Istilah upcycling tercetus oleh seorang insinyur Jerman, Reiner Pilz. Ia menyebut proses daur ulang sebagai downcycling karena cenderung menghancurkan produk. Upcycling dinilai memberi nilai tambah bagi produk lama.

https://p.dw.com/p/19c4Q
Foto: DW/M. Jones

Melalui upcycling, sampah yang dihasilkan dapat berkurang. Otomatis mengurangi dampak terhadap lingkungan. Ada beragam cara menerapkan upcycling pada barang-barang yang hendak Anda buang. Seperti membuat tas belanja dari pakaian bekas, atau mengubah botol gelas menjadi vas bunga.

Tapi bagaimana dengan logam? Mobil tua atau rusak umumnya dibawa ke tempat barang rongsokan, sebelum disusun tinggi untuk mempermudah mencari dan mengambil onderdil yang masih berguna. Onderdil itu kemudian dijual untuk digunakan mobil lain dan bagian yang tidak berguna dijual ke perusahaan pendaur ulang logam.

Lebih dari 85 persen bagian dari mobil rusak dapat didaur ulang.

Sebuah metode berbeda, yang diimplementasikan hostel Basecamp di Bonn, adalah menyelamatkan dan memperbaiki mobil tua menjadi kamar hostel yang nyaman. Sejumlah kendaraan tua melengkapi 15 karavan dan 2 gerbong kereta yang siap mengakomodasi hingga 130 tamu.

Pemilik hostel tidak hanya menjelajahi Jerman, tapi juga Belanda, Polandia dan Rumania untuk karavan tua yang terlantar.

Areal sarapan dilengkapi dengan produk-produk tua yang dibersihkan dan diberi fungsi baru
Areal sarapan dilengkapi dengan produk-produk tua yang dibersihkan dan diberi fungsi baruFoto: DW/M. Jones

Berdasarkan konsep

“Usai mengimpor semua karavan, kami melihat dan membahas tema apa yang cocok dengan karavan mana. Kami tidak mengatakan sejak awal kalau setiap karavan akan mewakili negara, benua atau era. Tapi kurang lebih seperti itu, kami ingin mewakili negara, benua dan era yang berbeda-beda," ujar Michael Schlößer, sang pemilik hostel, kepada DW.

Tugas mendesain jatuh ke tangan Marion Seul, seorang desainer properti yang setahun lebih mendandani setiap karavan hingga ke detail terkecil. Kebanyakan dengan materi bekas.

"Kami membeli properti untuk interior karavan dengan cara yang sama dengan membeli karavan. Ini juga sesuai dengan konsep mendesain ulang," jelas Seul. "Saya pergi ke semua pasar loak, toko barang bekas, bahkan mengecek koran untuk mencari barang yang sesuai dengan sejarah setiap karavan."

Ramah 'pengunjung'

Setiap karavan bagaikan instalasi seni, sesuai dengan tradisi menggunakan barang bekas yang mewarnai seni arus utama sepanjang abad ke-20. Dalam 3 bulan pertama, hostel tidak hanya terbuka bagi tamu yang ingin menginap tapi juga warga sekitar Bonn yang datang sekedar untuk melihat interior hostel. Layaknya berkunjung ke museum.

"Contohnya karavan bertema safari ini. Bisa terlihat bahwa inspirasinya Afrika. Bahkan ada aksesori kecil yang juga digunakan di Afrika," Seul merujuk pada kipas yang terbuat dari ijuk yang ia ambil dari atas karavan.

Kisah di balik setiap obyek tidak hanya membawa tamu hostel ke lokasi atau era tertentu, tapi juga mengajak merasakan sejarah.

Berkemah dalam ruangan, baik saat musim panas maupun musim dingin
Berkemah dalam ruangan, baik saat musim panas maupun musim dinginFoto: DW/M. Jones

Mengenang masa lalu

Rasakan kursi dari Metropol, salah satu bioskop tertua di Jerman yang tutup tahun 2006. Atau cari tahu bagaimana warga Jerman Timur berkemah pada tahun 60-an di atas mobil Trabi.

Ulrike Martin dan teman-temannya tampak menikmati pengalaman ini. Mereka datang dari Dortmund, dan tidak tergesa-gesa dalam memilih akomodasi. "Kami melihat beberapa karavan dan memilih model ini, model deluxe," kata Martin.

Memanfaatkan gedung tua juga menjadi bentuk upcycling. Dan ternyata menguntungkan. Bangunan ini telah terinsulasi karena sebelumnya digunakan sebagai gudang pabrik parfum. Dengan sistem pemanasan yang efisien energi, musim dingin suhu di dalam ruangan sekitar 20 derajat. Pada musim panas, AC tidak diperlukan berkat langit-langit setinggi 14 meter.

Menempati lahan seluas 1.600 meter persegi di Bonn, sang pemilik sukses mencapai niat membuat sebuah tempat yang unik. Tempat untuk bernostalgia.