Darfur: Tanah Tumpah Darah
Jutaan manusia terbuang di negeri sendiri. Perang saudara di Darfur perlahan menggerogoti Sudan yang kenyang konflik. Fotografer perempuan AS, Adriane Ohanesian mengabadikan kengerian perang lewat gambarnya
Keberanian Perempuan
Fotografer perempuan AS, Adriane Ohanesian menyelami perang saudara di selatan Sudan hingga ke Darfur. Untuk keberaniannya itu ia mendapat penghargaan Anja Niedringhaus 2016. Dalam gambar ini terlihat gerilyawan Sudan Liberation Army pimpinan Abdul Wahid sedang bersiap maju ke medan pertempuran di Darfur.
Luka Bakar
Adam Abdel, bocah berusia 7 tahun menderita luka bakar akibat serangan udara pemerintah Sudan di rumah keluarganya di Burgu, Darfur. Perang yang dilancarkan Presiden Omar Bashir buat melumat tentara pemberontak sejauh ini telah menelan hingga setengah juta korban jiwa dan membuat tiga juta penduduk menjadi pengungsi di negeri sendiri
Gua Nestapa
Ratusan perempuan dan anak-anak terpaksa hidup di sebuah gua ketika pemerintah Sudan membombardir wilayah Sarong di Darfur, 2015 silam. Kampanye militer brutal yang dilancarkan pemerintahan di Khartoum saat ini telah memasuki tahun ke duabelas.
Demi Satu Tujuan
Pemberontak Sudan Liberation Army saat ini terbelah dua, antara grup pimpinan Abdul Wahid al-Nur dan Minni Minnawi. Selain itu SLA juga memiliki tiga grup pecahan yang masing-masing mengemban agenda sendiri. Namun begitu semua fraksi disatukan oleh dorongan untuk membebaskan diri dari pemerintah pusat yang dianggap melakukan genosida terhadap penduduk non Arab di Darfur
Berlindung di Balik Batu
Tidak sedikit penduduk yang kemudian menetap di pegunungan di Sudan demi menghindari pertempuran. PBB mendaulat Darfur sebagai krisis kemanusiaan terbesar dalam sejarah modern. Celakanya hingga saat ini tidak ada indikasi konflik akan segera berakhir.