1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Courage Foundation Bantu Para Whistle Blower

Rob Mudge24 Januari 2014

Sebagai reaksi atas tindakan keras pada whistle blower, para wartawan dan aktivis membangun sebuah yayasan baru untuk melindungi sumber-sumber informasi.

https://p.dw.com/p/1AwjU
Foto: picture alliance/ZUMA Press

The Courage Foundation telah mulai membantu mantan kontraktor badan keamanan nasional Amerika Serikat NSA Edward Snowden. Mereka kini berencana memperluas basis kliennya, para narasumber yang dituntut atas pengungkapan informasi yang mereka lakukan.

Yayasan ini menjalankan website khusus: http://www.freesnowden.is untuk Snowden, di mana sumbangan anonim dapat membantu Snowden untuk membela diri dalam menjalankan proses hukumnya.

Menurut situs tersebut, sejauh ini lebih dari 99.000 Dollar AS telah telah terkumpul. Snowden kini menerima suaka sementara di Moskow, setelah Departemen Luar Negeri AS membatalkan paspornya musim panas lalu. Snowden adalah whistle blower terkini yang akan didakwa pemerintahan di Washington di bawah Undang-Undang Spionase. Jika terbukti bersalah, Snowden bisa terancam hukuman hingga 30 tahun penjara.

Enam whistle blower lainnya telah dituntut oleh pemerintahan Barack Obama dengan undang-undang serupa, karena diduga meneruskan informasi rahasia keamanan nasional kepada pers. Prajurit swasta Chelsea Manning, yang sebelumnya bernama Bradley Manning dituntut berdasarkan Undang-Undang Spionase AS dan dijatuhi hukuman 35 tahun penjara pada Juli lalu. Ia dituding membocorkan ratusan ribu kabel diplomatik rahasia AS dan dokumen perang ke WikiLeaks.

Kritikan wartawan

Wartawan telah mengkritik tajam penggunaan UU Spionase terhadap para narasumber informasi penting itu. Mereka mengatakan, hal itu bisa mengarah pada kriminalisasi pelaporan keamanan nasional.

The Courage Foundation, --awalnya disebut Journalistic Source Protection Defence Fund JSPDF-- muncul sebagai reaksi terhadap tindakan keras dan agresif pada Snowden dan organisasi seperti WikiLeaks -- yang dilakukan oleh pemerintah Barat, khususnya AS dan Inggris.

“Ini awalnya pandangan sebagian besar jurnalis, yang terlibat dalam isu-isu sensitif…. bahwa ada masalah serius soal perlindungan narasumber, privasi mereka – juga perlindungan berita," ujar Gavin Macfadyen, direktur Centre for Jurnalism Investigative.

"Hal ini muncul dari pemahaman bahwa tidak ada hal yang keramat atau dirahasiakan lagi," tambah Macfadyen.

Pengalaman WikiLeaks

Komite pengarah yayasan JSPDF itu terdiri dari setidaknya tiga orang. Tetapi diperbolehkan untuk perluasan sampai maksimal 20 orang. Selain Macfadyen , Julian Assange dan pengacara hak asasi manusia Ceko Barbora Bukovska juga duduk di komite awal.

WikiLeaks dan The Courage Foundation tidak terkait secara resmi, ujar Macfadyen. Tapi langkah yang dilakukan oleh beberapa bank besar AS pada tahun 2010 dalam memblokir pendanaan WikiLeaks mendorong kebutuhan untuk mencari pertahanan pendanaan.

"Dana yang biasanya dihimpun organisasi itu mudah digasak, " kata Macfadyen. "Tidak mungkin lagi bagi siapa pun untuk mengirimkan dana ke WikiLeaks dan pembelaan hukum memakan dana yang tidak sedikit."

"Jadi dengan ketidakmampuannya untuk menbiayai pembelaan sendiri, saya pikir ada banyak dorongan antara orang-orang WikiLeaks dan lain-lain untuk membangun semacam forum di mana mungkin bisa menormalisasikan pertahanan narasumber yang terkena kasus, " katanya.

JSPDF menyatakan bahwa setiap uang yang tersisa dari proses hukum ini harus dikembalikan ke donatur atau ke salah satu dari sejumlah organisasi kebebasan sipil. Kelompok-kelompok yang termasuk termasuk misalnya American Civil Liberties Union, the Electronic Frontier Foundation, the Freedom of the Press Foundation, the Government Accountability Project dan Reporters Sans Frontieres.