1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Citra Obama Tercoreng Bencana Pencemaran Minyak

18 Juni 2010

Penanggulangan pencemaran minyak di Teluk Meksiko perlu waktu lama. Citra Presiden AS Barack Obama tergantung pada upaya yang dilakukan pemerintahnya. Sudah saatnya Amerika Serikat galakkan sumber energi alternatif.

https://p.dw.com/p/Nx0B
Obama sampaikan dalam pidato televisi soal pencemaran Teluk Meksiko(15/07)Foto: AP

Harian Belanda De Volkskrant menulis:

Masalah Obama adalah, bagaimana menyatukan berbagai impuls yang bertolak belakang. Ia perlu menanggapi kemarahan besar yang muncul pada masyarakat terhadap industri minyak. Namun kalau ia terlalu keras menghantam industri, ini akan merugikannya sendiri. Karena ia perlu sektor industri. Apalagi kenyataannya, pemerintah tidak punya teknologi dan keahlian untuk untuk menghadapi krisis pencemaran minyak di Teluk Meksiko. Selain itu, kalau ia tetap ingin meloloskan undang-undang perlindungan iklim di kongres, ia perlu dukungan dari para anggota senat yang mewakili daerah-daerah penghasil minyak. Artinya, bencana pencemaran minyak ini tetap akan menyibukkan pemerintahannya untuk waktu lama.

Harian Perancis Le Monde menilai, peristiwa ini juga bisa jadi peluang untuk Obama. Harian ini menulis:

Di Amerika Serikat sebenarnya ada cukup sumber energi alternatif. Ada ethanol, methanol dan batere listrik untuk menopang gaya hidup warga Amerika Serikat dengan mobil-mobil besarnya dan rumah yang dilengkapi mesin pengatur suhu udara. Yang masih kurang adalah bantuan keuangan dan keringanan pajak. Belum ada bantuan besar dari pemerintah pusat untuk mendukung peralihan dari bahan bakar minyak ke bahan bakar alternatif. Padahal Brasil berhasil melakukan hal itu hanya dalam beberapa tahun. Seharusnya Amerika Serikat juga dapat melakukannya. Barack Obama sendiri sudah mendeklarasikan, bahwa inilah saatnya merintis energi yang bersih. Teluk Meksiko bisa menjadi babak baru dalam sejarah Amerika Serikat. Barack Obama bisa merintis masa depan itu, sebagai presiden yang memulai era pasca minyak.

Harian Jerman die tageszeitung berkomentar:

Sanksi yang dijatuhkan terhadap BP adalah sebuah preseden. Untuk pertama kalinya satu perusahaan harus menanggung seluruh kerusakan yang diakibatkannya. Jumlah 20 miliar dollar bukan batas maksimal. Kalau biaya penanggulangan pencemaran minyak lebih tinggi lagi, BP harus menanggung biaya itu. Ini terdengar cukup adil, walaupun tetap terasa ada ganjalan. Banyak pelanggan yang bertanya, apa mereka perlu memboikot BP. Karena sekalipun BP membayar ganti rugi miliaran, dana itu hanya menutup kerugian ekonomi. Kerugian ekologisnya sulit dinilai.

Harian Jerman lain, Frankfurter Rundschau menyoroti pelonggaran blokade Jalur Gaza dan menulis:

Langkah pertama sudah dilakukan. Sayangnya, sektor produksi yang seharusnya diperkuat tidak diuntungkan oleh langkah itu. Sejak Hamas mengambil alih kekuasaan, banyak pabrik yang harus ditutup, misalnya di industri tekstil karena tidak ada bahan mentah. Sedangkan jins murah yang sudah diproduksi tidak bisa diekspor. Padahal, diluar kelompok Hamas dan Fatah, golongan menengah Palestina inilah yang bisa menjadi kelompok pragmatis.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Robina