1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

061109 China Afrika

6 November 2009

Pengaruh Cina di Afrika makin lama makin besar. Cina terutama tertarik pada sumber daya alam dan minyak dari Afrika. Bagi Afrika, kehadiran bisnis Cina juga menguntungkan.

https://p.dw.com/p/KQIA
Foto: picture-alliance/ dpa

Akhir Minggu ini di Mesir digelar konferensi Forum China-Afrika di tempat peristirahatan Sharm El Sheik, dihadiri oleh Perdana Cina Wen Jiabao. Pengaruh Cina di Afrika makin lama makin besar. Cina terutama tertarik pada sumber daya alam dan minyak dari Afrika. Bagi Afrika, kehadiran bisnis Cina juga menguntungkan.

Sejak pertengahan 1990, kegiatan Cina di Afrika terus meluas. Saat ini Cina aktif hampir di semua negara Afrika. Kepentingan utama Cina adalah melakukan bisnis. Selain tertarik pada sumber daya alam, Cina juga membidik kawasan Afrika sebagai pasar.

Ahli Afrika dari Universitas Leipzig, Helmut Asche menjelaskan, "Kepentingan Cina di Afrika ada dua, jadi tidak seperti yang selalu disorot, bahwa Cina hanya tertarik pada sumber daya alam, seperti minyak, tembaga dan bahan lain. Tentu saja Cina perlu bahan-bahan ini. Sebagai produsen barang dunia, Cina perlu bahan mentah. Tapi Cina juga punya kepentingan lain, yaitu menjadikan Afrika sebagai pasar tempat menjual produk.“

Cina terutama menjual peralatan elektronik murah dan pakaian ke Afrika. Perusahaan Cina juga terlibat dalam proyek infrastruktur besar seperti pembangunan jalan dan bandar udara. Antara tahun 2004 sampai 2008, volume perdagangan antara Cina dan Afrika naik lebih sepuluh kali lipat.

Selain kepentingan ekonomi, Cina juga punya kepentingan politik. Di lembaga-lembaga dunia seperti di PBB, ia perlu sokongan. Melalui kerjasama dengan Afrika, ia menggalang dukungan diplomasi. Berbeda dengan Barat, bagi Cina isu demokrasi dan hak asasi manusia tidak jadi tema dalam menjalin kerjasama.

"Ini tentu menyenangkan bagi kebanyakan pemerintahan Afrika yang cenderung otoriter. Mereka bisa menghindari tekanan. Terutama negara-negara dan lembaga donor Barat sering menekan mereka dengan isu itu. Dengan Cina, tekanan seperti itu bisa dikurangi,“ dikatakan Denis Tull dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik di Berlin.

Cina sering dikritik oleh negara-negara Barat karena bekerjasama dengan pemerintahan diktatur di Afrika, misalnya dengan rejim di Sudan dan Zimbabwe. Pengamat politik Denis Tull menilai, kerjasama Cina dengan rejim otoriter seharusnya lebih sering dikecam.

Sejak puluhan tahun, banyak negara Afrika tidak punya pilihan lain, selain menjalin kerjasama dengan Barat dan menjadi tergantung secara politis dan ekonomis. Sedangkan bagi Barat, Afrika tidak terlalu penting. Dengan munculnya kekuatan ekonomi baru seperti Cina dan India, muncul persaingan baru. Afrika kembali jadi pusat perhatian. Negara-negara Afrika sekarang bisa memilih, dengan siapa mereka bekerjasama. Pengaruh Barat makin lama makin kecil, dikatakan Helmut Asche dari Universitas Leipzig.

Meluasnya kegiatan Cina tidak selalu menguntungkan Afrika. Di sektor industri tekstil, banyak lapangan kerja di Afrika terancam hilang, karena masuknya tekstil murah dari Cina.

Christoph Ricking/Hendra Pasuhuk

Editor: Yuniman Farid