1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Jamin Pelayaran Laut Cina Selatan

5 September 2012

Menteri Luar Negeri Amerika Serika Hillary Clinton mengatakan bahwa pembicaraan dengan para pemimpin Cina sangat konstruktif dan produktif, meskipun ada perbedaan pandangan mengenai sejumlah isu.

https://p.dw.com/p/163o5
Foto: Reuters

Cina bakal menjamin keamanan di perairan Laut Cina Selatan. Begitu ungkap Menteri Luar Negeri Cina, Yang Jiechi dalam konferensi pers bersama Menlu AS, Hillary Clinton di Beijing , Rabu (5/9). Dikatakannya, Cina juga siap merembukan kodeks perilaku guna penanggulangan sengketa terkait yang mungkin muncul.

Karte Südchinesisches Meer Besitzanspruch China
Foto: DW

“Kebebasan dan keamanan pelayaran di Laut Cina Selatan terjamin”. Begitu seru Menlu Yang Jiechi di Bangsal Rakyat di Beijing. “Bagi Cina dan negara-negara tetangganya, Laut Cina Selatan merupakan nadi kehidupan bagi perdagangan, bisnis dan pertukaran di kawasan ini. Baik sekarang maupun di masa depan tidak akan ada masalah di daerah ini.”

Janji Kerjasama

Pernyataan Cina bisa ditanggapi skeptis oleh negara-negara tetangga seperti Filipina dan Vietnam. Belakangan kedua negara ini gencar menuduh Cina yang semakin berpengaruh secara ekonomi dan militer, telah melancarkan kampanye intimidasi.

Philippinen China Streit um Seegebiet Fischereikontrolle im Südchinesischen Meer Demonstration Manilla
Foto: dapd

Sehubungan itu, Amerika Serikat selama ini berpihak pada kedua negara Asia Tenggara itu dan mengkritik keras langkah Beijing yang membuka pos militer baru di kawasan tersebut. Namun, ketegangan antara Washington dan Beijing beberapa minggu terakhir ini tampak mereda setelah pertemuan Clinton dengan para petinggi Cina menghasilkan janji kerjasama.

Setengah dari seluruh kargo perdagangan di dunia harus melewati Laut Cina Selatan. Menurut Yang, Cina memiliki banyak bukti historis dan hukum yang melandasi kepemilikannya atas hampir seluruh kawasan Laut Cina Selatan. Alasan ini dulu kerap digunakan Beijing sebagai legitimasi kekuasaannya atas perairan tersebut.

Code of conduct Rampung November?

Di luar dugaan , Yang Jiechi merespons positif seruan Clinton untuk merancang bersama kodeks perilaku dan tatacara berdialog guna menghindari eskalasi konflik pada insiden-insiden maritim di kawasan itu. Cina sebutnya, nanti akan mengadopsi code of conduct atau kodeks perilaku yang berbasis konsensus negara-negara tetangga.

Hillary Clinton
Hillary ClintonFoto: picture-alliance/dpa

Sementara itu, Clinton menegaskan keinginan agar kodeks tersebut sudah bisa rampung pada KTT Asia Tenggara November mendatang di Kamboja. Kodeks itu menurut dia, akan berguna bagi semua pihak.

Clinton yang menemui Yang untuk acara makan malam pada Selasa (4/9), mengakui bahwa Cina dan Amerika Serikat tidak selalu berpandangan sama, khususnya dalam isu-isu yang menyangkut Suriah, Korea Utara dan peran AS di Asia-Pasifik. Namun Clinton menyangkal bahwa perhatian Amerika terhadap kawasan Asia adalah untuk membatasi sepak terjang Cina. Menurut dia, jajaran pemimpin AS telah berulang kali menyambut Cina, sebagai negara yang bertumbuh damai dan kuat.

Asia Pasifik penting bagi Cina dan AS

Sikap bersahabat pada konperensi pers itu bernada beda dengan kritik yang sebelumnya disampaikan media Cina terhadap Amerika Serikat. Sebelum kedatangan Clinton, harian People's Daily memperingatkan agar AS jangan menebar benih sengekta diantara negara tetangga Cina. Hal itu disebutnya sebagai strategi murahan yang counter produktif.

Ditanyai apakah Yang berpendapat sama dengan media Cina tentang intensi AS, Menteri Luar Negeri Yang Jiechi menjawab: “Tak ada kawasan lain di mana Cina dan Amerika Serikat berbagi kepentingan dan lebih sering berinteraksi daripada di kawasan Asia Pasifik.

Di Cina, Clinton bertemu dengan Presiden Hu Jintao dan sejumlah petinggi lain. Pertemuannya dengan wakil Presiden Xi Jinping, yang diperkirakan akan memimpimn Cina tahun depan, batal karena kehadiran tamu kenegaraan dari Singapura.

Cina merupakan negara ketiga dalam jadwal kunjungan Clinton, yang sebelumnya bertandang ke Indonesia. Ia juga akan mengunjungi Timor Leste, Brunei dan Rusia, dimana ia akan menghadiri KTT APEC di Vladivostok akhir pekan ini.

Edith Koesoemawiria (dpa/afp)
Editor: Hendra Pasuhuk