1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140610 Elektromobilität China

16 Juni 2010

Mobil-mobil pribadi memadati jalanan di kota-kota besar Cina, menimbulkan kesemerawutan lalu-lintas dan polusi udara yang parah. Cina berambisi untuk menjadi pionir dalam penerapan kendaraan berbahan bakar alternatif.

https://p.dw.com/p/Ns6j
BYD F8 - mobil listrik produksi BYDFoto: dpa

Hujan turun di kota Shenzhen. Luo Baodong menekan tombol, menyalakan mesin E Taksi-nya yang berwarna putih merah lalu memutari halaman perusahan taksi. Bunyi wiper atau penyapu kaca mobilnya jauh lebih keras daripada mesin.

"Mobil ini jalannya bagus. Para pelanggan menyukai E Taksi karena kelihatan berkualitas tinggi, nyaman dan bagian dalamnya lapang. Tapi banyak orang yang belum kenal. Mereka yang tidak mengikuti berita, tidak tahu-menahu tentangnya. Banyak yang mengira ini mobil pemadam kebakaran atau taksi dari Hongkong," kata Luo Baodong.

Tetapi, barangsiapa bertanya lebih rinci pada Luo sang supir taksi, pasti akan puas. E Mobil atau mobil listrik tidak berbahan bakar bensin, karena itu tarifnya lebih murah daripada taksi biasa. Luo Baodong memarkir kendaraannya di pos isi ulang milik perusahaannya.

"Sayangnya tidak banyak pos untuk mengisi ulang batre. Kalau ini diubah, maka banyak hal akan jadi lebih baik. Kalau pagi, saya bisa mengantar penumpang ke manapun tujuannya. Tapi kalau sudah siang, saya harus menjelaskan bahwa jaraknya tidak bisa terlalu jauh," keluh Luo.

Walau penelitian mengenainya sudah dilakukan 30 tahun, masalah ini tetap merupakan yang utama bagi kendaraan listrik. Gui Tianjiao, manajer perusahaan taksi, Shenzhen Bus, mengatakan, E Taksi bisa mencapai jarak 300 km sebelum baterai diisi ulang. Sayangnya hanya di laboratorium.

Gui yakin, suatu saat masalah isi ulang dapat dipecahkan. "Kelak, menukar baterai kosong dengan yang baru akan sama cepatnya seperti mengisi bbm di pompa bensin. Pemerintah kota Shenzhen berencana membuat jaringan untuk memungkinkan hal itu. Mobil listrik akan dapat menukar baterai di manapun di kota ini."

Akurasi mutlak dibutuhkan karena berat baterai itu lebih dari 300 kilogram. Gui Tianjiao berencana mengganti seluruh taksi yang dimiliki perusahaannya dengan mobil listrik. Pemerintah memberinya bantuan sekitar 65 juta Rupiah untuk setiap mobil. Di Cina, harga satu unit mobil listrik saat ini berkisar 340 juta rupiah. Terlalu mahal untuk pengguna biasa, demikian anggapan BYD, mitra perusahaan taksi Shenzhen Bus.

BYD memproduksi mobil, terutama yang menggunakan baterai. Bersama Mercedes, BYD kini mengembangkan mobil listrik baru, kata Direktur Ekspor, Henry Li. "BYD mencapai banyak kemajuan dalam teknik baterai. Mercedes punya banyak pengalaman dalam industri otomotif dan keamanannya. Dua mitra yang kuat bekerjasama."

Produsen mobil Jerman, Volkswagen, juga giat mengembangkan mobil listrik. Rencananya, tahun 2013, E-Golf siap dipasarkan di Jerman. Setelah itu, mobil listrik VW untuk Cina. Tapi masih banyak yang belum jelas, kata Ketua tim pengembang VW Shanghai Sven Oliver Mündemann, dan juru bicara perusahaan Harthmut Hoffmann.

Satu hal yang pasti, VW juga ingin melakukan pengujian di lapangan. Di Jerman, Amerika Serikat dan juga Cina.

Astrid Freyeisen/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid