1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Persamaan Hak

Cina Belum Akan Longgarkan Tindakan Keras di Xinjiang

21 Desember 2020

Seorang pejabat Partai Komunis Cina memberi isyarat Senin (21/12) kemungkinan pemerintah di Beijing tidak akan melonggarkan tindakan keras di wilayah Xinjiang. Fokusnya kini bergeser menangani akar ekstremisme.

https://p.dw.com/p/3n0pR
Wakil Direktur Jenderal Departemen Publisitas Partai Komunis Xinjiang, Xu Guixiang
Xu Guixiang, Wakil Direktur Jenderal Departemen Publisitas Partai Komunis Xinjiang saat diwawancarai di Beijing pada 21 Desember 2020Foto: Ng Han Guan/AP Photo/picture alliance

Kebijakan keras pemerintah Cina di Xinjiang, rumah bagi warga etnis Uighur dan kelompok etnis mayoritas Muslim lainnya, telah menjadi dasar perpecahan utama hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Para pengamat mengatakan Cina telah menahan lebih dari satu juta orang di Xinjiang dan memaksa banyak warga lainnya untuk melepaskan unsur-unsur kepercayaan dan tradisi. Pejabat Cina memuji keberhasilan upaya mereka dalam deradikalisasi penduduk dan memberikan pelatihan kerja, dengan mengatakan bahwa wilayah tersebut tidak pernah mengalami serangan teroris selama empat tahun.

"Kami tidak bisa berpuas diri saat ini, karena ancaman masih ada di luar sana," kata Xu Guixiang, Wakil Direktur Jenderal Departemen Publisitas Partai Komunis Xinjiang, dalam sebuah wawancara dengan Associated Press di Beijing (21/12).

Xu tidak langsung menjawab apakah tindakan pengamanan akan dilonggarkan atau tidak, tetapi justru mengatakan bahwa "empat tahun bebas terorisme tidak berarti tidak ada ancaman atau bahaya sama sekali."

Dia mengatakan partainya tengah menjajaki cara untuk mencapai stabilitas berkelanjutan di daerah perbatasan multi-etnis seperti Xinjiang, sebuah wilayah di barat Cina, sekitar 2.400 km dari Beijing.

“Kami perlu memikirkan tentang masalah yang mengakar, termasuk fondasi sosial yang menimbulkan ekstremisme dan terorisme,” kata Xu.

Warga menyaksikan konvoi personel keamanan di Xinjiang
Warga menyaksikan konvoi personel keamanan dalam unjuk kekuatan melalui Kashgar tengah di wilayah Xinjiang Cina barat pada 5 November 2017Foto: Ng Han Guan/AP Photo/picture alliance

Bantah isu kerja paksa

Xu mengulangi penolakan keras terkait isu kerja paksa, di mana lulusan pelatihan kejuruan diduga dipaksa bekerja di pabrik-pabrik, baik di Xinjiang maupun di tempat lain di Cina.

Dia mengatakan bahwa 117.000 orang telah bekerja di wilayah Cina lainnya sejak 2014 melalui program yang memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan dan meninggalkan pertanian untuk pekerjaan di pabrik dengan bayaran lebih tinggi.

Badan Bea Cukai AS telah memblokir impor pakaian dan barang-barang lainnya dari Xinjiang tahun ini karena tudingan masalah kerja paksa, dan politisi Inggris menuntut perusahaan di negaranya memastikan rantai pasokan mereka bebas dari kerja paksa.

Pembatasan yang diterapkan AS telah mendorong beberapa perusahaan untuk mencari pasar lain, kata Xu, baik di dalam maupun luar negeri. “Orang tidak dapat berasumsi bahwa perusahaan Xinjiang tidak dapat hidup tanpa pasar AS atau beberapa perusahaan AS,” katanya.

Jurnalis menghadiri konferensi pers tentang masalah Xinjiang di Beijing
Seorang jurnalis membalik-balikan buku berjudul The Truth About Xinjiang saat konferensi pers tentang masalah Xinjiang yang diadakan di Pusat Pers Internasional Kementerian Luar Negeri Cina di Beijing pada 21 Desember 2020Foto: Ng Han Guan/AP Photo/picture alliance

Sebelumnya, Xu dan pejabat lainnya mengadakan konferensi pers selama tiga jam di Beijing untuk menyangkal kritik internasional yang terus-menerus menyoroti tindakan pemerintah di Xinjiang.

Mereka membawa dua orang lulusan dari pusat pelatihan kejuruan dan dua pekerja lainnya, dan menayangkan sebuah video wawancara. Semua memuji kesempatan yang diberikan kepada mereka. Tidak ada yang mengatakan mereka dipaksa untuk melakukan apapun.

Pejabat Xinjiang tidak mengizinkan wartawan media berita asing untuk melaporkan secara bebas di wilayah tersebut, di luar kunjungan yang mereka atur.

ha/as (AP)