1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Christiana Thorpe, Penerima Hadiah "Deutscher Afrikapreis" 2009

20 September 2009

Christiana Thorpe adalah Ketua Komisi Pemilihan Umum Nasional di Sierra Leone. Atas jasanya dalam proses demokrasi di negaranya, ia dianugerahi penghargaan Jerman bagi Afrika "Deutscher Afrikapreis."

https://p.dw.com/p/Jkts
Christiana Thorpe saat penerimaan anugerah "Deutscher Afrikapreis" (15/09)Foto: DW

Sierra Leone di Afrika Barat dilihat sebagai salah satu negara di dunia yang mengalami perkembangan paling lamban. Pada tahun 2000 perang saudara yang berlangsung lebih dari satu dasawarsa, berakhir. Perang itu meninggalkan kekacauan, kekerasan dan kemiskinan serta salah satu misi PBB yang terbesar di dunia. Namun, sejak itu Sierra Leone perlahan-lahan bangkit membangun sebuah sistem kenegaraan yang demokratis. Salah seorang yang berjasa untuk itu adalah Christiana Thorpe, perempuan berperawakan mungil, penuh semangat dan berani. Ia adalah ketua Komisi Pemilu Nasional (NEC) di negaranya. Hari Selasa lalu (15/09) Christiana Thorpe menerima penghargaan "Deutschen Afrikapreis" atau penghargaan Jerman bagi Afrika yang disampaikan di gedung Radio Deutsche Welle di Bonn. Sebelumnya Radio DW menemui Christiana di Freetown, ibukota Sierra Leone. Salam jumpa pendengar dalam Perspektif Perempuan, kali ini bersama Christa Saloh.

Ada yang mengatakan, bila sekali menjadi yang terakhir, nantinya akan tetap menjadi yang terakhir. Tetapi Christiana Thorpe tidak setuju dengan pendapat itu. Negerinya Sierra Leone memang saat ini berada si posisi paling bawah pada Indeks Pembangunan Manusia IPM (UN-Index For Human Development) yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada daftar IPM, Sierra Leone menduduki rangking 179. Namun kepala Komisi Pemilu Nasional (NEC) dari negara Afrika Barat itu yakin bahwa kondisi di Sierra Leone akan membaik dengan cepat: "Saya sangat, sangat optimis! Dan saya pikir, negara kami berkembang menuju ke arah yang terbagus. Kami bertekad untuk berhasil!"

Verleihung des Deutschen Afrika-Preises 2009 Christiana Thorpe
Foto: DW

Politisi lupa aturan main demokrasi

Sikap optimis itu adalah salah satu ciri khas Christiana Thorpe dan ia memang memerlukan sikap itu. Pasalnya, bekas ibu guru yang kemudian menjadi menteri pendidikan itu terpilih sebagai kepala NEC dan sejak itu dimusuhi oleh banyak pihak. Perang saudara juga tampaknya membuat tokoh-tokoh politik lupa, misalnya bagaimana caranya melaksanakan aturan main demokratis. Dalam pemilu parlemen dan presiden tahun 2007 kelompok tersebut mencoba mengontrol media dan seluruh masyarakat pedesaan. Namun Christiana sebaliknya memotivasi pemilih untuk tidak hanya mengenal hak-hak mereka, tetapi juga menggunakannya. Tugas itu tidak lah mudah mengingat ia hidup di masyarakat, di mana tiga dari setiap empat orang tidak dapat membaca dan menulis. Christiana selanjutnya mengutarakan: "Jika kami benar-benar ingin memajukan kekuatan demokratis dalam kondisi semacam ini, maka sangat penting bagi kami untuk berpaling kepada kelompok akar rumput dan masyarakat sipil. Dengan begitu kami dapat menerangkan, mengapa mereka memilih, bagaimana dan apa yang sebenarnya mereka pilih."

Karena itu NEC telah mengirim multiplikator ke sekolah-sekolah, pedesaan dan mengunjungi keluarga-keluarga. Hasil jerih payah itu kemudian terlihat pada tahun 2007. Sebuah keajaiban kecil terjadi. Pemimpin oposisi saat itu, Ernest Bai Koroma dari All People’s Congress (APC) terpilih sebagai presiden Sierra Leone. Pergantian kekuasaan berhasil dilaksanakan melalui jalan demokratis dan terutama berkat kredibilitas yang ditunjukkan NEC di bawah pimpinan Christiana Thorpe.

Perserikatan Bangsa-Bangsa membantu mengamankan pemilu tersebut. Bagi PBB pemilu 2007 merupakan langkah yang menentukan bagi perkembangan demokrasi di negara Afrika itu. Michael von der Schulenburg memimpin misi perdamaian PBB di Sierra Leone yang bernama UN Nations Integrated Office for Sierra Leone, UNIOSIL mengemukakan: "Perkembangan ini hanya mungkin karena sejumlah pegiat dan orang yang berani, seperti Christiana Thorpe. Untuk melaksanakan pemilu yang demokratis di sebuah wilayah konflik seperti Sierra Leone diperlukan ketegasan besar dan keberanian individu, artinya integritas yang sangat tinggi."

Christiana Thorpe Deutscher Afrikapreis 2009
Christiana ThorpeFoto: DW

Orientasi pada program pemilu dan tidak pada kandidatnya

Pemimpin UNIOSIL yang berasal dari Jerman itu kemudian menambahkan: " Bagi saya, Dr. Christiana Thorpe seorang yang benar-benar diakui secara internasional. Dia benar-benar banyak berjasa bagi Sierra Leone, tetapi tidak hanya untuk negerinya sendiri, melainkan juga bagi seluruh masyarakat internasional yang mencari percontohan, di mana langkah menuju demokrasi berhasil."

Terutama dalam sebuah masyarakat yang pernah mengalami kekerasan dan perang dan yang harus berjuang melawan kemiskinan, sangat lah sulit untuk membangkitkan pengertian terhadap aturan main demokratis. Christiana Thorpe kemudian mengatakan: "Di sini yang benar-benar penting adalah mengubah pengertian politik dan menjelaskan, apa sebenarnya tujuan pemilu itu. Masyarakat diinginkan untuk berorientasi pada program serta tujuan dan tidak bermaksud memilih individu tertentu, misalnya memilih karena punya hubungan kesukuan atau kekeluargaan. Yang harus diperhatikan adalah apa yang benar-benar diperlukan masyarakat kita."

Pendidikan adalah prasyarat pembangunan masyarakat sipil

Untuk mengenallinya dan agar memiliki niat membina kehidupan politik dan masyarakat, singkatnya, untuk membangun masyarakat sipil diperlukan pendidikan sebagai prasyarat dasar. Karena alasan itulah Christiana Thorpe terutama aktif dalam pendidikan bagi anak perempuan: "Saya sangat yakin bahwa kami dapat memicu perubahan melalui pendidikan. Dengan pendidikan kami memperkuat masyarakat dan dapat mendukung pembangunan. Kami mengalami masa perang selama enam tahun. Jadi generasi remaja kami sempat mengalami kekerasan sejak berumur dua atau tiga tahun. Di sini negara harus langsung menangani masalah remaja itu. Mereka diharapkan dapat belajar kegiatan yang positif dan produktif."

Saat ini Christiana Thorpe sudah mulai mempersiapkan pemilihan umum tahun 2012. Bekas biarawati katolik itu meninggalkan profesinya di biara pada tahun 80-an karena ingin aktif melibatkan diri dalam kegiatan politik. Ia mengaku menimba tenaganya dari sumber kepercayaannya: "Saya sangat menghormati orang. Dan saya pikir, saya menemukan kekuatan dalam agama saya, dalam kepercayaan bahwa tak seorang pun dibiarkan sendiri oleh Tuhan dalam penderitaannya. Tuhan ingin, semua orang berbahagia. Bila saya adalah sarana-Nya untuk mencapai hal itu, maka hal ini membuat saya bahagia sekali. "

Ute Schaeffer/Christa Saloh

Editor: Hendra Pasuhuk