1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cara Budidaya Udang dengan Sehat

Lakshmi Naraya11 Agustus 2014

Industri makanan laut di negara bagian Kerala, India, sedang naik daun namun lingkungan turut menjadi korban. Peternak sebuah komunitas beralih ke praktek lama untuk menyelamatkan lahan.

https://p.dw.com/p/1CrQ6
Foto: DW/L. Narayan

Pekerja konstruksi Indira Ramanan menunjuk ke arah gubuk yang tertutup lembaran plastik. Itu dulu rumahnya, namun keluarganya harus pindah karena dinding-dinding batanya mulai hancur dan langit-langitnya nyaris runtuh.

Banyak rumah lainnya bernasib sama. Tetangga Ramanan, Saboo, mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengetahui masalahnya adalah dengan mengecap serpihan dinding yang berjatuhan. Dindingnya terasa asin.

Sumbernya terletak di lahan sebelah. Kolam-kolam asin berbentuk segi empat terbentang sejauh mata memandang, setiap kolam berkedalaman setengah meter dan penuh dengan larva udang kecil.

Kolam-kolam ini turut menyumbang ledakan produksi udang di Kerala dalam sedekade terakhir. India mengekspor udang senilai 3 miliar Dolar tahun 2013. Booming makanan laut menciptakan jutaan pekerjaan dan memperkaya pebisnis. Namun kerusakan lingkungan turut meluas - mengubah tanah menjadi terlalu asin untuk digarap petani dan mengkontaminasi air tanah. Air dari kolam udang merembes ke dalam tanah, dan warga setempat mengatakan air ini mulai meresap ke dalam bangunan, menghancurkan tembok dan merusak rumah.

Udang dan padi berdampingan

Warga lokal berpikir mereka mempunyai sebuah solusi: menghidupkan kembali praktek pertanian lama yang dipakai lebih dari 50 tahun lalu. Dulu petani membudidayakan udang dan menanam padi pada lahan yang sama - menumbuhkan padi ketika musim hujan, dan mengubah lahan menjadi kolam ikan.

"Ini model sistem pertanian terintegrasi yang bagus, yang terbukti cocok di sini," ujar V. Sreekumaran, direktur Stasiun Riset Padi Vytilla milik pemerintah. Praktek ini disebut pokkali, mengacu pada varian padi tertentu yang tahan garam.

Untuk mengolah beras, padi harus terendam dalam air tawar selama dua hingga tiga bulan sebelum musim tanam. Porsi air hujan menapis ke dalam tanah, mengeluarkan sebagian garam dan memperbaiki tabel air.

Ada juga keuntungan lain menanam padi, timpal Sreekumaran. "Ini menampung air yang baik untuk membarui sumber air minum bagi seluruh wilayah."

Solusi padi?

Namun sudah jarang yang menanam padi di Kerala karena untungnya tidak sebanyak beternak udang. Hingga tahun 60-an, masih ada 16.000 hektar lahan kombinasi padi dan udang. Kini hanya tinggal sepersepuluhnya, menurut Sreekumaran.

Dengan naiknya tingkat permukaan laut, intrusi air asin diprediksi meningkat di dataran rendah wilayah pesisir. Petani harus mengadopsi praktek yang mampu mengimbangi salinitas, imbau aktivitis Francis Kalathunkal, yang telah lama melobi pemerintah untuk membantu membangkitkan kembali sawah padi.

Warga lokal berharap sawah padi dapat membersihkan tanah dan suplai air mereka
Warga lokal berharap sawah padi dapat membersihkan tanah dan suplai air merekaFoto: N.Nanu/AFP/Getty Images

'Tanah mulai pulih'

Indira Ramanan dari desa Neendakara mengatakan dirinya sudah melihat sejumlah keuntungan dari padi yang ditanam di lahan sebelah rumahnya. Tanah yang tadinya terlalu asin perlahan pulih, katanya.

"Biasanya tak ada yang bisa tumbuh di sini dalam 25 tahun terakhir, tapi hanya dengan setahun menumbuhkan pokkali, tomat dan bunga mulai mengakar," ungkap Ramanan sembari menunjuk ke arah tanaman kecil dengan bunga berwarna putih dan kuning di halaman belakang rumahnya.

"Kami tak akan mau hanya beternak udang saja - harus gabungan padi dan udang."