Calon Tunggal pada Pemilu Ulang Presiden Liberia
7 November 2011Di Monrovia, ibukota Liberia, suasana tegang. Pasukan perdamaian PBB berpatroli dengan panser di jalan-jalan. Helikopter memantau situasi dari udara. Di sekitar Monrovia polisi ditempatkan dengan perlengkapan anti kerusuhan.
Banyak pendukung partai oposisi Congress for Democratic Change (CDC) dari Winston Tubman berkumpul hari Senin (07/11) di kantor pusat partai. Mereka menekankan hak mereka untuk memboikot pemilihan ulang. “Hari Selasa kami tidak akan memberikan suara, karena kami percaya, hasil pemilu akan dimanipulasi. Kami tidak mau jadi bagian proses pemilu yang menipu rakyat.”
Situasi Sulit
Bagi Ellen Johnson-Sirleaf yang sekarang menjabat presiden Liberia, aksi boykot oposisi berarti ia kemungkinan besar akan menang pemilu. Karena ia menjadi calon satu-satunya. Namun kesuksesan dalam pemilu yang diperoleh dengan cara ini meresahkan banyak orang, terutama pendukung Winston Tubman, yang menjadi saingan terberat Johnson-Sirleaf. Mereka "tidak akan mengakui pemerintah", dan mereka khatir, "negara akan terjerumus dalam kekacauan".
Pemilu presiden di negara Afrika Barat tersebut diadakan Oktober lalu. Presiden Ellen Johnson-Sirleaf yang baru dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian mendapat 44% suara. Winston Tubman yang memperoleh 33% berada di posisi kedua. Karena presiden perempuan tersebut tidak memperoleh suara mayoritas mutlak dalam pemilu tahap pertama, pemilu ulang harus diadakan.
Sekarang beberapa calon lainnya menyatakan dukungan bagi Johnson-Sirleaf. Dengan demikian ia menjadi calon favorit pemilihan ulang. Akibatnya, Tubman menghentikan kampanyenya dengan alasan, pemilu tidak berjalan bebas dan adil. “Dengan seruan kami kepada rakyat Liberia untuk tidak memberikan suara Selasa mendatang, kami menjaga demokrasi dan kebebasan. Melalui proses pemilu yang berjalan selama ini, presiden menempatkan nilai-nilai ini di bawah ancaman.”
"Negara Jadi Sandera“
Tubman yakin, pemilu Oktober lalu dimanipulasi. Menurutnya, komisi pemilu nasional juga bersikap memihak. Walaupun ketua komisi pemilu mengundurkandiri pekan lalu untuk melunakkan sikap oposisi, Tubman berkeras akan memboikot pemilihan ulang. Padahal lebih dari 4.000 pengamat dari dalam dan luar negeri, yang mengawasi jalannya pemilu tahap pertama, juga membenarkan bahwa pemilu berjalan bebas dan adil.
Pengkritik Tubman berpendapat, alasan itu mengada-ada. Pemimpin oposisi itu sebenarnya hanya tidak bersedia menerima kekalahan. Ketika Ellen Johnson-Sirleaf akhir pekan lalu mengakhiri kampanyenya, ia menyerukan rakyat Liberia untuk memberikan suara dalam pemilihan ulang. Ia menandaskan, "Jangan biarkan politisi manapun menyandera negara kita. Tuan Tubman jelas memboykot pemilihan ulang, sebab ia takut kalah“. Sekarang komisi pemilu nasional menyatakan, pemilihan ulang tetap diadakan sesuai rencana hari Selasa, 8 November.
Bonnie Allan / Marjory Linardy
Editor: Dyan Kostermans