1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Budaya dalam Rambut

Ananda Grade20 Desember 2013

Rambut manusia termasuk bagian penting dalam budaya. Di seluruh dunia terdapat tradisi dalam menata rambut. Berikut liputan penataan rambut di tiga salon kecantikan yang berbeda.

https://p.dw.com/p/1Acic
Foto: Fotolia/Picture-Factory

Hampir semua orang punya rambut di kepalanya – yang rata-rata jumlahnya sekitar 100.000 helai. Di seluruh dunia, Anda bisa melihat betapa beragam dan kreatifnya orang dalam menata rambut: dikepang, dipotong, diwarnai, dikeriting, dan lain sebagainya. Mengapa mereka melakukan itu? Bagi banyak orang, rambut di kepala lebih dari sekedar perlindungan terhadap cuaca panas atau dingin.

Rambut melambangkan kecantikan/ketampanan, status, mitologi atau keyakinan- tergantung pada budayanya masing-masing.

Jepang: Gaya rambut sebagai konsep kesehatan

Penata rambut di Jepang, Takamasa Ku Bo adalah manajer salon "Mod‘s Hair" yang terletak di Dusseldorf. Sebenarnya, “Mod‘s Hair“ merupakan jaringan salon Perancis. Namun, karena salon ini letaknya di kota Dusseldorf, Jerman, yang banyak warga Jepangnya, maka salon ini membangun gaya rambut Jepang.

Rambut ditata oleh khusus oleh Takamasa, tak lupa pelanggan mendapat layanan ekstra berupa pijatan di kepala dan lengan.

Rambut memiliki banyak arti di Jepang, papar Takamasa. Rambut dianggap sebagai makhluk hidup. Dahulu kala, jika orang-orang punya keinginana tau mengharapkan sesuatu, mereka akan memotong sedikit rambutnya dan membawanya ke kuil.

Takamasa tak sengaja menjadi penata rambut. Ia lahir di Brasil, lalu ke Jepang untuk menjadi pemain sepakbola profesional. Cidera mengakhiri karirnya dan membawanya ke salon rambut untuk karir yang baru sebagai penata rambut. Kini ia menata rambut para pemain sepak bola dari Manchester United atau FC Nürnberg.

Pementasan rambut

Mengapa rambut kepala punya daya tarik seperti itu? Sejarawan seni Kristen Janecke mengeksplorasi "pementasan rambut" dari sudut pandang ilmu budaya.

Rambut di kepala sudah lama menjadi aset budaya, jelasnya: "Semakin banyak rambut orang-orang yang jatuh, semakin diyakini kepala rambut yang tersisa dianggap berharga, " kata Janecke dalam sebuah wawancara dengan DW.

Hair-extention model Afrika

Rambut panjang dalam kebanyakan budaya menjadi simbol status, kata peneliti rambut Janecke. Selama lebih dari 20 tahun, Toko Afro "Zeebra Tropicana" di Köln menyediakan layanan model rambut tradisi Afrika Barat. Rambut yang dikepang sebelumnya harus kering, rambut yang keriting ditarik agar agak lurus. "Sementara ini, pelanggannya adalah sebagian besar Jerman, " kata penata rambut Baaba Yankah-Oduah.

Pelanggannya termasuk banyak yang rambutnya berwarna pirang. Baaba awalnya datang sebagai koresponden bahasa asing dari Ghana untuk Kedutaan di Jerman. Lalu bersama rekan-rekannya, ia mewujudkan ide untuk membuka salon Afrika Barber Köln.

Setiap kebudayaan menciptakan sesuatu yang berbeda dari rambutnya. Untuk sementara waktu, gaya rambut individu yang khas mewakili suatu budaya tertentu. Janecke memaparkan: "Sementara itu Anda bisa melihat semua gaya rambut yang menggabungkan berbagai elemen gaya rambut tradisional."

Master Cukur: penata rambut Turki

Di salon Turki, yang penting ditata tak hanya rambut, tapi juga kadang-kadang janggut. Penata rambut Turki Adnan Otukan memimpin salon "Men's World" di Köln. Sementara di Jerman mencukur dengan alat cukur listrik lebih umum, Adnan mencukur dengan pisau.

Bahkan gaya rambutpun dihiasi dengan pola yang berseni: " .. Ayah saya mengajari saya agar selalu bisa melukis dengan baik, saya mulai mencukur pola rambut," kata Adnan. Dengan kepandaian seni mencukurnya, ia masuk dalam acara TV Turki "Yetenek Sizsiniz" atau Super Talent.

Penata rambut seperti Taka, Baaba atau Adnan telah membawa semua seni budaya rambut ke Jerman. Sayangnya, rambut cepat tumbuh. Rambut tumbuh setiap harinya sekitar 0,5 milimeter. "Oleh karena itu penataan rambut adalah sesuatu yang terus-menerus diperlukan, " kata Janecke. Mengapa, kemudian, seni rambut menjadi rumit ? Janecke menjelaskan: " Orang-orang tidak pergi ke penata rambut yang sekedar menciptakan gaya rambut mereka yang keren, tetapi juga ke penata rambut yang dapat memahami kepala masing-masing."