1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bola Piala Dunia Curi Jurus Ninja

1 Juni 2014

Menurut seorang peneliti Jepang, bola yang digunakan dalam Piala Dunia 2014 meniru kemampuan para ninja dan optimal bagi pemain sepak bola dari Asia.

https://p.dw.com/p/1C9Qm
Foto: Getty Images/AFP

Karakteristrik bola resmi turnamen Piala Dunia 2010 'Jabulani' tidak disukai para pemain. Alasannya, bola ini tidak stabil, sulit ditangkap kiper, memiliki lintasan terbang yang liar dan sulit ditebak. Akibatnya perusahaan Jerman Adidas berupaya memproduksi bola yang bisa lebih diandalkan untuk turnamen tahun ini.

Hasilnya adalah 'Brazuca', kata slank bagi warga asli Brasil. Menurut Takeshi Asai, profesor ilmu olahraga di Universitas Tsukaba di Jepang, bola ini akan melambung secara lebih stabil. Bola baru ini hanya memiliki enam panel.

Dua panel lebih sedikit dari Jabulani. Bentuk desainnya seperti shuriken, senjata ninja yang mirip dengan bintang. Asai menambahkan, jahitan pada panel adalah rahasia kestabilan bola tersebut.


Jahitan lebih panjang

"Walau jumlah panel berkurang, panjang total jahitan lebih panjang. Sehingga menambah kecepatan bola yang menghasilkan resistansi udara rendah," kata Asai. Ia bekerja sama dengan John Eric Goff, ahli fisika dari Lynchburg College di AS, untuk mempelajari aerodinamika Brazuca saat diperkenalkan Desember tahun lalu.

Kesimpulan dua pakar ini, karena panjang jahitan Brazuca 68 persen lebih panjang dari Jabulani, resistansi akan bertambah dan bola akan melambung pada kecepatan lebih normal yang biasa dilihat pada turnamen seperti Piala Dunia. Jahitannya juga lebih dalam, yang menambah faktor penahan. .

Asai menemukan bahwa resistansi udara Brazuca, yakni 437 gram atau satu gram lebih ringan dari Jabulani, akan berkurang jika bola 'terbang' dengan kecepatan 20 meter per detik. Ini kecepatan rata-rata umpan cepat dalam pertandingan sepak bola profesional.

Pemain Asia diuntungkan, Ronaldo rugi

"Jika Brazuca melambung dengan kecepatan ini, resistansi udara akan berkurang secara mendadak untuk membantu bola terbang dengan cepat," ujar Asai. "Karena bola bisa terbang cepat dengan tendangan yang tidak keras, saya rasa bola ini optimal bagi para pemain Asia yang tendangannya tidak sekeras pemain barat."

Pemain seperti Cristiano Ronaldo akan kesulitan dengan bola ini saat melakukan tendangan bebas. Tendangan yang dilakukan Ronaldo cenderung lurus. Bolanya baru berotasi setelah ditendang, sehingga akan menyulitkan kiper untuk menebak arah bola. "Karena Brazuca punya gaya angkat yang rendah, efek rotasi akan lebih sulit dicapai," jelas Asai.

vlz/rn (rtr)