1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Boediono Cawapres, Parpol Protes

13 Mei 2009

Rencana Susilo Bambang Yudhoyono menggandeng Gubernur BI Boediono sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden mendatang, menuai protes dari sejumlah partai dalam koalisi pendukungnya.

https://p.dw.com/p/Horp
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan ibu negara Kristiani Yudhoyono, pada saat pemilu.
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan ibu negara Kristiani Yudhoyono, pada saat pemilu.Foto: AP

Penolakan atas penunjukan Boediono disampaikan secara terbuka oleh empat partai yang berkoalisi dengan Partai Demokrat. PKS, PAN, PPP dan PKB, mempermasalahkan, rencana Susilo Bambang Yudhoyono mengandeng Gubernur BI itu, karena diputuskan tanpa melibatkan mereka.

Sekjen PKS, Anis Matta mengatakan, "Jadi kita memang terkejut dengan itu, terutama karena itu tidak dibicarakan dengan kita terlebih dahulu. Cuma diputuskan sepihak oleh Pak SBY, jadi kita sudah menyampaikan keberatan.”

Anis Matta juga menggugat kenyataan, bahwa Boediono bukan merupakan wakil salah satu partai politik mitra Demokrat. Hal lain yang dipermasalahkan PKS adalah sosok Budiono yang dinilainya tidak memunculkan keseimbangan politik Indonesia.

"Ini masalah representasi, kita berharap sebagaimana yang telah berlangsung sejak era reformasi ini kombinasi nasionalis-Islam, atau Islam-nasionalis. Ini penting dipertahankan. Misalnya ketika Gusdur presiden, wakilnya Mega. Ketika Mega presiden, wakilnya Hamzah Haz. Ketika SBY, wakilnya JK. Kombinasi ini penting untuk memperlihatkan keterwakilan. Kombinasi SBY-JK kan menarik pada tahun 2004 karena itu kombinasi sipil militer, nasionalis-Islam, Jawa - luar Jawa, birokrat pengusaha,” ujar Anis Matta.

Karena itu, sejumlah politikus PKS bahkan menyatakan, jika tetap kukuh memilih Budiono sebagai calon wakilnya, SBY kemungkinan besar akan kalah dalam pemilihan presiden.

Kekecewaan juga dinyatakan Partai Amanat Nasional. PAN bahkan mengancam untuk keluar dari dari barisan pengusung Yudhoyono.

"Kita melakukan berbagai exercise, dan berbagai kemungkinan semua tebuka. Malam ini kita sedang berbicara untuk memantapkan pilihan pilihan. Misalnya mengusung calon sendiri di luar dari yang sudah ada. Kedua, mengakomodasi Gerindra tinggal dipasangkan dengan siapa atau kita merapat ke JK Wiranto, nah ini semuanya terbuka," tutur seorang fungsionaris PAN, Muhammad Najib.

PAN sejak semula menyorongkan kadernya Hatta Radjasa untuk berduet dengan Yudhoyono. Namun Hatta Radjasa sendiri justru mengambil peran sebagai wakil SBY untuk menyampaikan kabar pemilihan Budiono kepada para partai mitra. Alasan utamanya, menurut Hatta Radjasa, SBY ingin benar-benar menjalankan sistem presidensial. Jadi wakil presiden merupakan pilihan independen presiden. Ketua bidang politik DPP Demokrat Anas Urbaningrum meyakini, pada partai-partai mitra Demokrat akan segera mengerti pilihan ini.

"Ini dinamika politik yang biasa yang menurut kami, tidak akan menggoyahkan kesepakatan untuk berkoalisi. Karena pembicaraan dan kesepakatan berkoalisi itu sudah sangat dalam. Dasarnya kesamaan platform dan arah kebijakan, dan karena itu menurut saya tidak akan mudah goyah, oleh hal hal yang terkait dengan isu calon wakil presiden, kami yakin ini dengan komunikasi yang baik akan selesai," kata Anas Purbaningrum.

Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan untuk mengumumkan pasangannya dalam Pemilihan Presiden, pada 15 Mei mendatang di Bandung.


Zaki Amrullah /gg