1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Blogger Ikut Pemilihan Walikota Moskow

Roman Goncharenko6 September 2013

Alexei Navalny turut mencalonkan diri dalam pemilihan walikota Moskow, 8 September mendatang. Pemilihan ini menjadi ujian penting bagi blogger yang juga tokoh oposisi itu.

https://p.dw.com/p/19ccj
Russia's opposition leader Navalny speaks to the crowd in Moscow July 30, 2013.
Navalny di MoskowFoto: Reuters

Suatu sore akhir Agustus di Moskow. Seorang lelaki muda dengan celana jeans berdiri di sebuah panggung dekat stasiun kereta bawah tanah "Sokolniki". Alexei Navalny, 37 tahun, adalah pengacara dan blogger paling terkenal di Rusia. Dia sering menulis tentang berbagai kasus korupsi dan punya banyak pengikut. Dia berkampanye untuk pemilihan walikota Moskow yang akan berlangsung 8 September.

Sekitar 5000 orang datang ke kampanye itu. Ketika acara hampir selesai, tiba-tiba aparat keamanan menyerbu panggung. Massa ribut berteriak: "Memalukan!", tapi Navalny kelihatan tetap tenang. Dia dibawa aparat ke sebuah bus polisi. Pada malam harinya, ia dibebaskan lagi. Polisi menerangkan, Navalny hanya dipanggil untuk "pembicaraan" karena ada pelanggaran hukum dalam acara yang digelarnya.

Kasus seperti ini memang sudah sering dialami Navalny. 18 Juli lalu, ia dijatuhi hukuman penjara 5 tahun atas tuduhan kejahatan ekonomi ketika bekerja di sebuah perusahaan kayu. Tapi hari berikutnya ia dilepaskan. Sebuah pengadilan memutuskan, Navalny tidak perlu ditahan selama vonisnya belum memiliki kekuatan hukum, karena masih ada proses naik banding.

Taktik pemerintah

Banyak pengamat menilai, semua ini hanya taktik pemerintah Rusia menghadapi tokoh-tokoh oposisi. Navalny misalnya dituduh menerima uang bantuan kampanye dari luar negeri. Menurut undang-undang Rusia, ini dilarang. Kejaksaan membenarkan bahwa tuduhan itu benar-benar ada. Biasanya, seorang kandidat akan dilarang ikut pemilu kalau ada tuduhan seperti itu. Tapi, Navalny ternyata dibolehkan ikut pemilihan walikota Moskow.

Jabatan walikota Moskow adalah jabatan penting dalam politik Rusia. Moskow merupakan kota terbesar dan terkaya, dengan 12 juta penduduk. Kota metropolitan ini menjadi pusat gerakan oposisi yang muncul akhir 2011 dan awal 2012. Ketika itu muncul protes luas menentang manipulasi dalam pemilihan parlemen dan presiden.

Russia, Moscow. 11/01/2012 Mayor of Moscow Sergey Sobyanin.
Walikota Moskow Sobyanin, orang kepercayaan Putin.Foto: picture-alliance/dpa

Untuk pertama kalinya sejak 10 tahun, penduduk Moskow bisa memilih secara langsung walikotanya. Ada 6 kandidat yang mencalonkan diri. Ketua parlemen kota Moskow, Vladimir Platonov menegaskan, pemilihan walikota berlangsung "jujur dan terbuka".

Tapi pengamat politik seperti Denis Volkov membantah. "Tidak ada persaingan yang adil dalam pemilu ini", katanya. Menurut Volkov, pemilihan dipercepat untuk memenangkan walikota saat ini, Sergei Sobyanin, orang kepercayaan Presiden Vladimir Putin.

Tidak demokratis

Sobyanin diangkat sebagai walikota Moskow tahun 2010. Pemilihan walikota seharusnya dilangsungkan 2015. Namun pemilihan itu dipercepat, karena menurut jajak pendapat, Sobyanin bisa memenangkan 60 persen suara. Sedangkan Navalny yang menjadi pesaing terkuatnya hanya bisa merebut 18 persen suara. "Jadi Navalny diijinkan ikut pemilu, setelah diketahui, bahwa dia tidak akan mengancam kekuasaan yang ada sekarang", kata Volkov. Partisipasi Navalny untuk memberi kesan, seolah-olah pemilihan ini demokratis.

Padahal semua media, termasuk televisi, berada di bawah pengawasan pemerintah. Sobyanin menolak melakukan duel televisi dengan penantangnya. Televisi hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan Sobyanin, sementara kandidat lain tidak punya kesempatan muncul di televisi.

Sergei Navalny sekarang mengunakan internet sebagai media kampanye untuk menggerakkan pengikutnya. Ia juga mengumpulkan dana kampanye lewat internet. Ribuan relawan ikut mendukung kampanye gaya baru itu.

Tapi kalangan oposisi terpecah-pecah. Sebagian oposisi mengeritik Navalny yang dalam kampanye berusaha menarik simpati kelompok nasionalis. Navalny sering melontarkan slogan-slogan nasionalis dan anti orang asing. Ini menjadi dilema bagi kalangan oposisi. Jika mereka mengeritik Navalny, ini hanya akan memperkuat kubu Sobyanin.