1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Blackphone, Smartphone Baru Anti-Retas

Chiponda Chimbelu25 Februari 2014

Blackphone, ponsel baru yang menjanjikan keamanan lebih bagi penggunanya, melindungi dari tangan-tangan jahil para peretas dan mata-mata digital.‎ Namun apakah keamanan pengguna benar-benar terjamin?

https://p.dw.com/p/1BEp6
Foto: Getty Images/AFP

Blackphone, smartphone terenkripsi, diluncurkan saat Mobile World Congress berlangsung di Barcelona selama 4 hari hingga tanggal 27 Februari 2014. Ponsel keluaran firma keamanan komunikasi Silent Circle dan perusahaan manufaktur Geeksphone ini bertujuan melindungi pengguna dari pemerintah yang 'usil,' pesaing industri dan kalangan peretas.

Blackphone dapat membantu menutupi lubang dalam pasar setelah terungkap pada tahun 2013 bahwa Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat NSA memiliki akses terhadap data ponsel jutaan orang di seluruh dunia. Namun Silent Circle sudah menggarap ponsel ini dari sebelum pembeberan terjadi, ungkap CEO Mike Janke kepada kantor berita AFP.

Berapa harga keamanan masa kini?

"Kami melakukan ini karena ada sebuah masalah yang tidak terpecahkan: komunikasi yang aman," katanya dalam sebuah wawancara dengan AFP.

Silent Circle belum merilis informasi terkait harga Blackphone, namun CEO Janke telah mengatakan bahwa harganya tidak lebih mahal dari Samsung Galaxy S4 dan iPhone 5S walau mempunyai fungsi dan kegunaan layaknya dua perangkat tadi. Dan dengan lokasi server di Swiss, smartphone baru yang konon aman ini dapat merebut hati konsumen yang lebih memilih layanan dari perusahaan yang tidak menyimpan data di Amerika Serikat.

Harga Blackphone tidak akan lebih mahal dari Samsung Galaxy S4 dan iPhone 5S
Harga Blackphone tidak akan lebih mahal dari Samsung Galaxy S4 dan iPhone 5SFoto: DW/E. Rubin

Aman namun tidak 'tahan-NSA'

Sepekan sebelum peluncuran Blackphone, Apple merilis pernyataan bahwa sebuah kesalahan besar pada sistem pengoperasian perangkat ponselnya, yakni iOS, memungkinkan peretas untuk mengakses email dan bentuk komunikasi lainnya yang terenkripsi. Menurut sebuah survei oleh raksasa internet Google, sedikitnya 85 persen pengguna smartphone mengecek email mereka melalui ponsel.

Dan bukan hanya pengguna smartphone pada umumnya yang terancam: sistem pemerintahan yang aman juga terus-terusan terpapar risiko. NSA beralih memonitor pejabat yang dekat dengan Kanselir Angela Merkel, termasuk Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere, demikian disebutkan dalam laporan surat kabar Jerman, Bild am Sonntag.

Apakah ada itu yang namanya telepon 'aman'? Kenyataannya meski berpotensi menyediakan keamanan lebih bagi pengguna smartphone, Blackphone kemungkinan besar mempunyai kelemahan, seperti sistem lainnya.

Melalui situs, perusahaan pengembangnya telah memberi peringatan bahwa ponsel tersebut tidak 'tahan-NSA.'