1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bentrokan di Mesir Berlanjut

20 November 2011

Ribuan pemrotes penentang pemerintahan dewan militer Mesir, Minggu (20/11) kembali berkumpul di Lapangan Tahrir di pusat ibukota Kairo. Sedikitnya tiga orang tewas dan lebih dari 900 cedera dalam aksi kerusuhan di Mesir.

https://p.dw.com/p/13E0K
Aksi Protes di KairoFoto: picture-alliance/dpa

Para demonstran kembali terlibat bentrokan dengan aparat keamanan di ibukota Mesir, Kairo pada hari Minggu (20/11). Sebelumnya hari Sabtu (19/11) juga pecah aksi kekerasan antara para demonstran melawan aparat keamanan

Ägypten / Tahrir / Ausschreitungen / Kairo
Aparat keamanan gunakan gas air mata dan pentungan untuk bubarkan demonstran.Foto: dapd

Polisi menembakkan gas air mata, peluru karet dan menggunakan pentungan untuk membubarkan para pemrotes di kawasan lapangan Tahrir. Para demonstran yang melakukan aksi protes di dekat gedung kementrian dalam negeri, melempari polisi dengan batu.

Para demonstran menyatakan, tidak ada yang berubah setelah revolusi menumbangkan rezim di bawah mantan presiden Hosny Mubarak 11 Februari lalu. Dewan militer dituding melanjutkan haluan politik dari rezim lama yang digulingkan. Militer tidak memiliki legitimasi kata seorang demonstran.

“Aparat kepolisian tetap sama seperti di masa rezim lama, mereka tidak berubah. Juga metodenya tidak berubah, amat brutal menghadapi para demonstran“, tambahnya.

Eskalasi Situasi

Seminggu menjelang digelarnya pemilu parlemen bebas pertama di Mesir, situasi dilaporkan semakin sulit dikendalikan. Para demonstran menuntut lebih banyak demokrasi. Kekuasaan dewan militer harus diakhiri dan dikembalikan kepada rakyat sipil, demikian tuntutan para demonstran.

Proteste auf dem Tahir Platz in Kairo
Demonstran di Lapangan Tahrir, pusat gerakan protes menentang dewan militer.Foto: picture alliance / dpa

Sebaliknya dewan militer yang mengambil alih kekuasaan, setelah digulingkannya Mubarak, justru menghendaki kekuasaan lebih besar. Buktinya, dalam rancangan konstitusi baru, militer menuntut jaminan tidak bisa digugat oleh parlemen serta berhak menentukan dan mengelola anggarannya sendiri. Seorang demonstran mengatakan : “Dewan militer ibaratnya kol busuk, yang tidak bisa meredam kelaparan, baik itu di perut maupun dalam demokrasi.“

Para demonstran menegaskan, aparat keamanan sebuah negara, harus diawasi oleh rakyatnya. Bukan sebaliknya seperti sekarang, dewan militer mengontrol rakyat. Selain itu aksi demonstrasi di lapangan Tahrir juga ditujukan untuk memprotes situasi kehidupan sehari-hari. Harga-harga di Mesir sejak beberapa bulan terakhir terus naik. Sementara gaji dan upah tidak berubah. Lapangan kerja juga semakin sulit. Barang siapa masih memiliki pekerjaan, artinya bernasib baik.

Dewan Militer Bersidang

Menanggapi perkembangan situasi aktual itu, pemerintahan dewan militer dan kabinet menggelar sidang darurat di Kairo hari Minggu (20/11). Jurubicara kabinet, Mohamed Hegazy kepada kantor berita Reuters mengatakan, sidangnya membahas aksi kekerasan terbaru serta upaya mengamankan pemilu parlemen pekan depan. “Terutama didiskusikan situasi politik dan keamanan, serta usaha untuk meredakan ketegangan di jalanan untuk menciptakan suasana kondusif menjelang pemilu“, katanya.

Terkait aksi kekerasan terbaru di Mesir itu, pemerintah Jerman dan Italia melontarkan kecamannya. Menteri luar negeri Jerman, Guido Westerwelle dan menteri luar negeri Italia, Giulio Terzi di Sant'Agata dalam pernyataan bersama setelah pertemuan di Roma, menuntut diakhirinya aksi kekerasan. Kedua menteri luar negeri itu juga menyatakan mencemaskan eskalasi kekerasan. “Pemilu parlemen pekan depan harus digelar dalam situasi damai dan tenang“, tambah Westerwelle.

Agus Setiawan/rtr/dpa/afp/dw

Editor : Ayu Purwaningsih