1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Begitu Kuatkah Taliban Sehingga Mampu Bertempur di Dua Front?

28 Oktober 2009

Sejak tahun 2001, Pakistan berkali-kali gagal menguasai wilayah perbatasan dengan Afghanistan. Daerah sepanjang 2500 km itu hampir tak mungkin dikontrol. Upaya Islamabad sering berujung pada kesepakatan dengan Taliban.

https://p.dw.com/p/KHY2
Foto: DW

Taliban menarik keuntungan baik dari kedua negara yang berbatasan, Pakistan maupun Afghanistan, juga dari membesarnya kecurigaan antara militer Amerika Serikat dan sekutunya dalam perang melawan teror, Pakistan, kata Rolf Tophoven, pemimpin Institut bagi Penelitian Terorisme dan Politik Keamanan, di Essen, Jerman. Yang juga sulit dipecahkan adalah ikatan kekeluargaan antara aparat keamanan Pakistan dan anggota Taliban, kata Tophoven. "Taliban memperoleh, seperti kita tahu, dukungan dari anggota keluarganya yang masih ada di Pakistan. Selalu saja didiskusiksan, seberapa jauh ikatan ini masih eksis. Itu pun tergantung dari siapakah aparat keamanan Pakistan?“

Pertanyaan penting, karena banyak polisi perbatasan Pakistan yang tinggal di kawasan Pashtun, merupakan etnis Pashtun, dan memiliki kerabat yang tinggal di sisi lain perbatasan, yaitu di Afghanistan. Rolf Tophoven mengenal struktur ini dari kunjungannya secara teratur ke Afganistan dan Pakistan, sejak tahun 70-an. Seorang pejabat dinas rahasia Pakistan menuturkan kisah yang oleh Tophoven sering dikutip. "Saya orang Pashtun, saya berasal dari daerah perbatasan ini, dan saya tidak akan pernah menangkap saudara saya yang orang Afghanistan, jika ia menyebrangi perbatasan masuk ke wilayah Pakistan sambil membawa Kalashnikov. Kisah ini menunjukkan, betapa intensif ikatan tersebut dan betapa besar dukungan bagi perlawanan Taliban, baik di Afghanistan maupun Pakistan.“

Taliban ibarat berperang di dua front. Satu di Afghanistan, di mana mereka dapat mengandalkan dukungan rakyat di wilayah pedesaan di selatan, atau tekanan lemah pemerintah setempat. Kedua di Pakistan, di mana Taliban Pakistan dan Taliban Afghanistan di daerah perbatasan Waziristan Selatan bersama-sama memerangi tentara pemerintah.

Pakar politik dari Italia Dr. Antonio Giostozzi, penulis buku "Quran, Kalashnikov dan Laptop“ mengatakan, "Ada posisi berbeda dalam Taliban. Komponen yang lebih radikal, dipimpin oleh Hakimullah Mesud, meyakini bahwa mereka bisa bertempur di dua front. Tapi sesungguhnya mereka berperang di satu front yaitu melawan militer Pakistan.“

Dengan aksi gerilya atau serangan teror, seperti terhadap Universitas Islam di Islamabad, atau markas militer di Rawalpindi, Taliban berhasil mengenai titik-titik sensitif Pakistan. Menurut pakar terorisme dari Jerman Rolf Tophoven, jika tentara tidak berhasil meredam aktivitas Taliban di perbatasan, maka Taliban akan kembali bercokol dan permainan dimulai dari awal. Atau, seperti yang terjadi di masa lalu, militer Pakistan dan pemimpin suku setempat sepakat untuk saling membiarkan.

Kesepakatan semacam itu akan memperlemah secara dramatis politik dalam negeri Pakistan juga perang melawan teror di kawasan.

Melanie Riedel/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid