1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bantuan Kemanusiaan di Libya

20 April 2011

Pemimpin Libya Muammar Gaddafi akhirnya ijinkan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk berikan bantuan kemanusiaan. Pejabat PBB katakan, kesepakatan itu mungkinkan para pekerja kemanusiaan berada di ibukota Tripoli.

https://p.dw.com/p/10wrS
epa02690573 Libyan rebel fighters are seen behind a tattered pre-Gaddafi era Libyan flag as they hold a position at a check point near the front line between Ajdabiya and Brega, Libya, 16 April 2011. Residents of Libya's third largest city, Misurata, continued to ask for help on 16 April, as forces loyal to leader Muammar Gaddafi besieged and shelled the city. Independent human rights groups have said Gaddafi's forces are using cluster bombs to attack the port city. Despite pressure from NATO, witnesses say that any gathering of people in the western city quickly becomes a target of pro-Gaddafi loyalists. Misurata, a key city seen as a gateway to Tripoli, has been under attack for around two months, with rebels saying at least 1,000 have been killed there. EPA/VASSIL DONEV EPA +++(c) dpa - Bildfunk+++
Foto: picture alliance / dpa

Sebuah kapal feri telah mengevakuasi hampir seribu orang dari kota Misrata yang selama ini dikepung pasukan Gaddafi. Evakuasi ini adalah bagian dari kesepakatan antara PBB dengan pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Seorang pengungsi mengatakan, situasi kota semakin memburuk. "Situasi di Misrata sangat buruk Tidak ada apa-apa," kata Ala al Atrash seraya menambahkan, "Tidak ada air, tidak ada listrik. Gaddafi membunuh kami dengan segala cara."

Bantuan Makanan

Misi PBB untuk Program Pangan Dunia hari Selasa ini mengatakan telah mengirimkan bantuan makanan ke wilayah bagian barat Libya. Sebuah konvoi yang terdiri dari delapan truk yang sarat berisi tepung terigu dan biskuit energi telah menyeberang ke Libya barat dari titik perbatasan Tunisia-Libya. Bantuan makanan itu cukup untuk memberi makan 50 ribu orang selama satu bulan.

Sementara itu, Organisasi Migrasi Internasional IOM mengatakan, ribuan orang masih menunggu dievakuasi keluar dari Misrata. Kepala Misi Kemanusiaan PBB Valerie Amos mengatakan, kesengsaraan di kota itu ada di tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Penduduk kekurangan bahan makanan pokok dan obat-obatan.

Seorang dokter bernama Anis Toer mengatakan, banyak korban luka-luka yang tidak bisa diselamatkan. Padahal, sebagian besar dari mereka adalah penduduk sipil, bukan tentara pemberontak. "Sebagian besar yang luka-luka bukan pasukan yang ada di garis depan. Sebagian besar adalah penduduk kota. Orang yang tidak bersalah dibom, bahkan ketika berada di dalam rumah mereka“

Tidak Hentikan Serangan

Meski telah membuka pintu bagi bantuan kemanusiaan, namun pasukan Gaddafi tidak berkomitmen untuk menghentikan serangan. Diperkirakan, ratusan orang tewas di Misrata selama enam pekan terakhir, akibat dibombardir pasukan Gaddafi.

Pasukan oposisi pemberontak dilaporkan makin terdesak. Mereka harus berhadapan dengan pasukan Gaddafi yang terlatih. Selain itu, Gaddafi juga punya banyak sumber dana dari hasil penjualan minyak. Sementara pasukan oposisi kekurangan dana karena fasilitas produksi minyak mereka, dihancurkan pasukan Gaddafi. Wahid Bughaighis, dari kelompok pemberontak mengatakan, mereka kini membutuhkan bantuan dana untuk memperbaiki kilang-kilang yang rusak.

"Tentu saja penting untuk kembali ke situasi normal. Kami perlu dana untuk semua upaya yang dilakukan untuk menggulingkan Gaddafi. Kami membutuhkan dana bantuan dari sesama negara Arab, atau akhirnya dari negara-negara Barat jika memungkinan,“ demikian Bughaighis.

Perlawanan Pemberontak

Selama beberapa pekan terakhir, para pemberontak menghidupi perlawanan mereka dengan menjual minyak mentah dari kawasan yang mereka kuasai. Menurut perhitungan, kelompok oposisi kini menguasai sepertiga dari total produksi minyak Libya. Namun dengan hancurnya kilang, sulit bagi mereka untuk mengekspor minyak. Akibatnya, mereka kekurangan uang untuk membeli makanan, senjata, amunisi dan obat-obatan.

Komandan operasi NATO di Libya Letnan Jenderal Charles Bouchard menuding pasukan Gaddafi melancarkan taktik licik dan tak bermoral. Dia menyebut pasukan Gaddafi menanggalkan seragam dan bersembunyi di atap-atap mesjid, rumah sakit dan sekolah. Peralatan tempur berat mereka letakkan di dekat mesjid dan sekolah, lalu mereka melindungi diri dengan anak-anak dan perempuan. Taktik inilah yang membuat NATO kesulitan untuk menghentikan pasukan Gaddafi.

Andy Budiman

Editor: Marjory Linardy