1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bali Perketat Keamanan Usai Razia Terorisme

19 Maret 2012

Kepolisian Indonesia menembak mati lima tersangka militan di Bali Minggu (18/3), dalam sebuah operasi penggerebekan terencana di dua lokasi berbeda.

https://p.dw.com/p/14Mg5
Foto: Reuters

Senin (19/3), pihak kepolisian di pulau Bali memperketat keamanan di beberapa pusat kawasan turis, setelah lima tersangka teroris ditembak mati dalam razia. "Kami khususnya menambah pasukan keamanan di lokasi strategis seperti pusat hiburan, hotel, dan mal. Kami siaga," ujar juru bicara kepolisian Bali Hariadi kepada kantor berita AFP.

Tersangka Lawan Polisi

Kelima tersangka dikatakan bermaksud merampok money changer dan toko emas dengan bersenjatakan dua senapan otomatis, dua magazen amunisi, 48 butir peluru dan topeng penutup wajah. "Semua tersangka tewas dalam razia, karena mereka melawan atau balas menembak para petugas polisi," jelas juru bicara polisi Boy Rafli Amar.

Razia dilakukan secara terpisah di dua lokasi yang berbeda. Di Denpasar dan Sanur. Lebih dari 100 anggota pasukan anti teror Densus 88 dilaporkan kantor berita AFP terlihat di Sanur, dimana tiga tersangka terbunuh di sebuah vila.

Pelaku Rencanakan Serangan Teror di Bali

Anggota kelompok teror tersebut dikaitkan dengan Jemaah Islamiyah dan kelompok yang melakukan aksi perampokan bank di Medan serta menggelar pelatihan militer di Aceh dan Solo. Menurut pihak kepolisian, rencana perampokan dilakukan karena mereka membutuhkan dana untuk pembiayaan aksi teror selanjutnya. Ansyaad Mbai, ketua Koordinasi Pemberantasan Terorisme mengatakan, "Mereka punya sasaran di beberapa lokasi di Bali. Mereka telah meninjau tempatnya."

Polisi telah memantau tersangka dalam satu bulan terakhir. Diduga, kelima orang tersebut berniat melakukan aksi terorisme saat perayaan Hari Nyepi di Bali, Jumat mendatang (23/3).

Bali telah dua kali diguncang serangan bom oleh para teroris. Yakni tahun 2002, dimana 202 orang tewas dan tahun 2006 dengan 23 korban tewas.

Vidi Legowo-Zipperer (rtr, afp)

Editor: Dyan Kostermans