1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Baju Merah Tawarkan Gencatan Senjata

17 Mei 2010

Situasi di Bangkok masih tegang. Sekitar 5.000 demonstran baju merah tidak mengindahkan ultimatum pemerintah untuk mengosongkan lahan demonstrasi. Kini oposisi menawarkan gencatan senjata kepada pemerintah Thailand.

https://p.dw.com/p/NQRq
Demonstran baju merah siap-siap menghadapi militerFoto: AP

Menyusul bentrokan berdarah yang berlangsung berhari-hari di Bangkok antara pendukung oposisi dan pemerintah, warga Thailand hari Senin kemarin (17/05) melihat secercah harapan baru bahwa ketegangan akan berkurang. Dalam kontak pertama secara langsung antara pemimpin yang disebut kelompok Baju Merah dan pemerintah, pihak oposisi mengusulkan gencatan senjata. Pemerintah kemudian menyatakan bersedia melakukannya, bila oposisi menarik kembali demonstran yang tersebar di berbagai lokasi bentrokan di Bangkok dan mengumpulkannya di kawasan bisnis yang diduduki, Rajaprasong.

Tawaran itu diajukan dalam sebuah pembicaraan telepon antara pemimpin Baju Merah Nattawut Saikuwar dan juru runding pemerintah Korbsak Sabhavasu. Itu adalah pembicaraan langsung pertama antara kedua pihak sejak meletusnya bentrokan hari Kamis pekan lalu.

Flash Galerie Unruhen in Bangkok
Demonstran anti pemerintahFoto: AP

Demonstran: Korban jatuh bukan teroris

Sebelumnya, ultimatum pemerintah agar oposisi meninggalkan lahan yang diduduki di pusat kota, telah berakhir. Pemerintah mengancam bahwa barang siapa yang masih berada di lahan itu, melanggar UU dan terancam hukuman dua tahun penjara. Tetapi sekitar 5.000 penentang pemerintah yang bertahan di kamp itu tampaknya tidak berniat mengosongkan kamp. Seorang demonstran mengutarakan: "Saya tidak takut. Kami terus berjuang sampai mati. Karena kami berutang nyawa pada pemrotes yang sudah tewas. Kami sudah kehilangan sekitar 50 hingga 60 jiwa. Kami akan terus berjuang. Kami tidak akan mundur karena kebanyakan pejuang di sini adalah tokoh akar rumput. Mereka bukan teroris seperti yang dituduh pemerintah."

Di dinding kemah-kemah demonstran di persimpangan Rajaprasong tergantung foto-foto demonstran yang tewas. Tak seorang pun dari baju merah yang tewas ditembak, memegang senjata, ujar Dr. Weng, salah seorang pemimpin kelompok itu. Kebanyakan korban tewas oleh penembak jitu: "Mereka dibunuh dengan brutal. Ini foto seorang remaja yang meninggal akibat tembakan di kepala. Dan ini seorang pria yang berupaya berlindung menghindari tembakan. Punggungnya ditembak oleh penembak jitu, seperti yang terlihat di sini. Dan ini bahkan seorang petugas medis yang tewas tertembak, padahal ia mengenakan tanda palang merah."

Di banyak tempat di pusat kota, di luar lahan yang dibarikade oleh para demonstran, bentrokan masih terjadi hari Senin (17/05). Tentara Thailand menembak dengan peluru tajam ke arah kelompok Baju Merah yang membakar ban-ban mobil untuk mengaburkan posisi mereka dari pandangan militer. Asap tebal kelihatan membumbung di atas pusat kota Bangkok.

Dossierbild 3 Thailand Unruhen in Bangkok
Tentara ThailandFoto: AP

Rumah-rumah sakit disiapkan

Jumlah korban jiwa sejak Kamis lalu meningkat menjadi 37 orang. Mayor Jenderal Khattiya Sawasdiphol yang berpindah ke pihak kelompok Baju Merah, akhirnya meninggal akibat tembakan di kepala yang dikatakan berasal dari seorang penembak jitu beberapa hari yang lalu.

Terlepas dari harapan akan sebuah dialog perdamaian, media melaporkan bahwa rumah-rumah sakit di dekat lokasi bentrokan diminta untuk menyediakan tempat tidur, darah dan ambulan untuk mengantisipasi situasi rawan. Direktur rumah sakit polisi di Bangkok, Jongjet Aowjepong mengatakan bahwa rumah sakitnya menyediakan 600 tempat tidur. 400 di antaranya untuk kasus gawat darurat. Sekretaris Jenderal lembaga bagi kedokteran gawat darurat Thailand, Chatree Chareoncheewakul mengutarakan bahwa 1.000 petugas lembaganya telah dikerahkan ke jalan-jalan. Namun sejak dua orang petugasnya tertembak mati, para petugas lainnya merasa sangat cemas.

CS/ZR/afpd/ap