1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

050310 USA Irak

5 Maret 2010

Apakah Irak mencapai kemajuan atau terjerumus ke sengketa etnis yang melibatkan kekerasan? Pertanyaan ini juga dipantau di AS dengan seksama.

https://p.dw.com/p/MLDe
Gambar simbol tentara AS di IrakFoto: AP Graphics

Serangan bunuh diri terakhir dengan sejumlah besar korban tewas telah menunjukkan dengan jelas, bahwa keadaan keamanan di Irak tetap rentan. Itu adalah situasi yang berbahaya. Demikian dikatakan Stephen Biddle, pakar keamanan di Dewan Pengurus Hubungan Luar Negeri.

"Saya pikir, bukannya tidak ada harapan sama sekali. Ada orang yang berpendapat, bahwa Irak pasti kembali berada dalam situasi seperti perang di tahun 2005 dan 2006. Saya tidak sepesimis itu. Tetapi pihak-pihak, seperti misalnya pemerintah AS, keliru, jika berpendapat, bahwa masalah di Irak sudah terselesaikan, bahwa kekerasan tidak akan timbul lagi. Saya pikir, kita sedang dalam masa transisi yang berbahaya, dan perkembangan bisa ke dua arah," papar Stephen Biddle lebih lanjut.

Pemilu Bukan Yang Terpenting

Pemilu sendiri sebenarnya hanya salah satu kejadian penting di antara lainnya. Karena hasil pemilu baru resmi diikeluarkan setelah beberapa hari, dan pemerintahan kemungkinan baru terbentuk setelah beberapa bulan lewat. Yang penting adalah proses pemilu yang teratur dan warga Irak merasa pemilu berjalan bebas dan adil. Untuk itu Duta Besar Amerika Serikat di Irak Christopher Hill mengatakan percaya, bahwa mekanisme pemilu menjamin proses yang bebas dan damai. Dan untuk jangka panjang, ini adalah tujuan AS.

Christopher Hill menambahkan, "Kami juga membantu Irak untuk ikut dalam masyarakat internasional. Sehingga negara demokrasi baru itu dapat berada di tempat yang sesuai di panggung internasional."

Untuk itu negara-negara lain juga harus membangun hubungan ekonomi dengan Irak. Menurut Christopher Hill, sudah ada tanda-tanda bahwa perekonomian di negara itu mulai berkembang.

Bantuan Militer Paling Penting

Namun bagi AS, yang sekarang penting adalah bantuan militer. Presiden Barack Obama telah menyatakan akan menarik pasukannya Agustus mendatang. 50.000 tentara yang masih berada di Irak akan melatih aparat keamanan Irak. Demikian kesepakatan resminya. Jika rencana ambisius Obama berhasil, akhir 2011 tidak ada satupun tentara AS yang akan berada di Irak.

Tetapi kesepakatan antara AS dan Irak tersebut dibuat ketika pemilu masih direncanakan untuk Januari lalu. Oleh sebab itu sekarang ada tuntutan, agar penarikan pasukan AS diundur. Tetapi Menteri Pertahanan AS, Robert Gates menolak, "Jika kita ingin mengusulkan pengunduran penarikan pasukan, maka situasi di Irak harus sangat buruk. Sedangkan sekarang situasinya tidak begitu."

Menyertai Irak

Pakar keamanan Stephen Biddle mengatakan, untuk mampu mengambil langkah militer di Irak dalam paruh kedua tahun 2010 ini, pengunduran jadwal penarikan pasukan tidak diperlukan, karena 50.000 tentara yang belum akan ditarik dari Irak Agustus mendatang, dapat menjadi pasukan tempur. Jika jadwal penarikan pasukan akan diundur, maka pemerintah Irak yang harus mengajukan permintaan. Demikian halnya untuk merundingkan kembali kesepakatan menyangkut tugas tentara.

Jadi AS sekarang harus menunggu. Itu juga pendapat Brett McGurk yang pernah menjadi penasehat mantan Presiden George W. Bush dan menjadi pengurus masalah Irak dalam dewan keamanan nasional di bawah Obama. Tetapi ia menambahkan, AS tetap harus menyertai Irak dalam langkah politiknya, walaupun dengan rendah hati dan sikap menghormati.

Christina Bergmann/Marjory Linardi

Editor: Yuniman Farid