1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Badai Matahari Kuat Terpa Bumi.

25 Januari 2012

Badai partikel bermuatan akibat letusan di matahari yang kini mulai menerpa planet bumi dapat menimbulkan dampak gangguan.

https://p.dw.com/p/13pXo
Badai MatahariFoto: picture-alliance/dpa

Matahari kembali memasuki fase aktif, ditandai dengan semakin seringnya terjadi letusan koronal. Badai matahari berupa radiasi partikel bermuatan dan gelombang elektromagnet serta pancaran plasma mencapai bumi hanya dalam hitungan jam. Bahaya badai kosmis terutama mengancam operasi satelit navigasi, pemasokan energi dan sistem eletronika serta penerbangan.

Lembaga meteorologi dan kelautan AS-NOAA melaporkan, pada hari Minggu (22/01) mengamati terjadinya letusan terkuat sejak 2005 di permukaan matahari. Letusan itu mula-mula memancarkan radiasi elektromagnetik, diikuti radiasi proton dan terakhir pancaran plasma koronal. Badai kosmis diperkirakan akan melanda bumi selama beberapa hari dan menimbulkan dampak berbeda-beda.

Radiasi kosmis dari letusan kuat di permukaan matahari itu, memiliki kecepatan berbeda-beda. Mulai radiasi proton berkecepatan sampai 150 juta kilometer per jam, hingga pancaran materi berupa plasma yang lebih lambat. Jarak matahari ke bumi diketahui sekitar 150 juta kilometer. Artinya hanya dalam waktu satu jam, badai radiasi elektromagnetik dan proton sudah mencapai bumi.

Gangguan navigasi GPS

GPS mit Galileo Sat
Satelit GPSFoto: AP

Dampak radiasi ini dapat mengganggu satelit navigasi GPS serta satelit komunikasi di orbitnya sekitar 20.000 kilometer di atas bumi. Akibatnya, fungsi dan akurasi peralatan navigasi serta radio yang dikendalikan satelit juga bisa terganggu.

Sejauh mana dampak gangguan radiasinya diungkapkan Dr.Klaus Börger, dari dinas geo-informasi angkatan bersenjata Jerman-Bundeswehr. “Konkritnya itu adalah elektron dan proton. Saat ini awan materi semacam itu bergerak dari matahari menuju bumi. Itu mungkin memicu gangguan, tapi kita tidak dapat meramalkannya, tergantung apakah pancarannya melanda bumi, atau hanya menyerempet dan berakibat ringan“, paparnya.

Memicu Blackout

Selain mengancam operasional satelit navigasi dan komunikasi, badai matahari pada kondisi ekstrim, juga dapat memicu gangguan pada sistem pemasokan listrik di bumi. Terutama pancaran materi koronal berupa plasma dari matahari yang berkecepatan sekitar 6 juta kilometer per jam, yang dapat mengganggu pemasokan listrik. Akibatnya dapat terjadi blackout atau padamnya listrik pada kawasan luas.

Misalnya saja pada tahun 2003 badai matahari cukup kuat menyebabkan gangguan pada jejaring listrik di selatan Swedia. Kota Malmö gelap gulita selama beberapa jam karena padamnya aliran listrik.

Hal serupa dalam skala lebih besar terjadi 1989 di provinsi Quebec Kanada. Badai matahari amat kuat melumpuhkan sistem pasokan listrik dan memicu kekacauan besar. Sistem pengatur lalu lintas, peralatan elektrik di bandar udara serta pasokan pemanas ruangan mati. Sekitar enam juta orang terputus pasokan listriknya selama beberapa jam.

Flash-Galerie Planeten Sonnensystem
Medan magnetik di permukaan matahari.Foto: JAXA/NASA/PPARC

Penyebabnya adalah gangguan deformasi pada medan magnet bumi, akibat terpaan materi bermuatan yang memicu lompatan arus listrik di instalasi pembagi. Dr. Klaus Börger menjelaskan lebih lanjut : “ Kita menghadapi aliran listrik. Ini biasanya membangkitkan medan magnet sendiri. Jika medan magnet ini bertemu medan magnet dan arus listrik di Bumi, terjadi reaksi timbal balik. Perusahaan pemasok listrik menegaskan gangguan akibat medan magnet ekstern, yang menyebabkan lumpuh atau dimatikannya jaringan.“

Aurora Borealis

Tapi badai kosmis berupa plasma koronal juga memicu fenomena menakjubkan, berupa pancaran cahaya di langit kawasan kutub utara yang disebut aurora borealis. Jika letusan di permukaan matahari cukup kuat, pendar cahaya menakjubkan itu bahkan dapat terlihat di sejumlah kawasan di bagian lebih selatan kutub utara.

BdT USA Alaska Nordlicht
Aurora borealis yang terlihat di Alaska dekat kutub utara.Foto: AP

Akitivitas matahari, dipicu oleh intensitas reaksi fusi nuklir di intinya. Setiap detiknya jutaan ton hidrogen diubah menjadi helium. Reaksi nuklir inilah yang memicu bercak-bercak di matahari yang kemudian dapat menjadi letusan dahsyat yang memicu badai geomagnetis,

Para astronom menyimpulkan, siklus aktivitas matahari berlangsung dalam periode 11 tahunan. Setelah fase tenang hingga 2009 lalu, matahari kini mulai memasuki lagi fase aktif. Lembaga antariksa AS-NASA meramalkan, mulai tahun 2012 ini aktivitasnya akan terus meningkat, dan mencapai puncaknya bulan Juni 2013.

Namun diperkirakan fase maksimum ini tidak akan sehebat puncak aktivitas matahari yang terjadi tahun 1957, yang merupakan puncak terkuat di abad 20. Siklus aktivitas matahari periode ini, diramalkan hanya mencapai skala kuat. NASA menetapkan dua skala lagi di atas kuat, yakni sangat kuat dan ekstrim.

Agus Setiawan/dpa/afp/rtr/ap/dw

Editor : Dyan Kostermans