1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Awal Baru Mesir - Satu Hari Pasca Mubarak

12 Februari 2011

Lapangan merdeka Tahrir menjadi lambang revolusi di Mesir. Satu hari pasca lengsernya Husni Mubarak, ribuan orang masih berdatangan. Sebagian ingin tetap berjaga di lapangan sampai semua tuntutan mereka terpenuhi.

https://p.dw.com/p/10GNG
Membersihkan Lapangan TahrirFoto: AP

Para demonstran berhasil meraih salah satu target mereka: sebuah Mesir tanpa Mubarak. Gejolak kegembiraan masih terasa di mana-mana. Di lapangan merdeka Tahrir, kaum muda hari Sabtu merayakan satu hari pasca Mubarak dengan mengibarkan bendera-bendera, memasang musik keras-keras dan bernyanyi. Seorang lelaki dengan bangga berkata, "Kami telah mencapai target, dan berhasil membuat rejim Mubarak bertekuk lutut. Siapa pun yang akan berkuasa sesudah ini, harus memenuhi tuntutan kami yaitu keadilan dan kebebasan."

Bagi sebagian demonstran waktu untuk pulang kini sudah tiba. Sebagian besar tenda mulai digulung dan ratusan orang muda di lapangan Tahrir mulai menyapu lapangan, membersihkan sampah dan kotoran yang terkumpul usai 18 hari unjuk rasa.

Dengan gembira mereka saling mengirimkan pesan-pesan sms yang berbunyi seperti, jangan buang sampah di mana-mana, menyeberang hanya bila lampu lalulintas berwarna hijau dan peraturan harus ditaati. Pesan-pesan yang dikirimkan dengan bangga, bahwa kini Mesir adalah milik mereka. Seorang perempuan mengatakan, "kami di sini untuk membersihkan lapangan, supaya negara kembali tampil rapi seperti sedia kala. Dan kemudian langkah demi langkah akan kita bangun Mesir yang lebih baik."

Tak jauh dari perempuan itu, seorang lelaki memandang kesibukan. Bahwasanya Mubarak telah mundur, tidak berarti bahwa kisah ini telah berakhir. Begitu ungkapnya. Dikatakannya, sistem yang digulirkan Mubarak telah meninggalkan bekas, dan tanda-tandanya berada di mana-mana. Seperti penyakit kanker yang telah 30 tahun menggerogot.

Bersama dengan banyak warga lainnya, lelaki muda itu ingin tetap bertahan di lapangan merdeka untuk melanjutkan demonstrasi secara damai hingga semua tuntutan rakyat terpenuhi. Tampaknya kegembiraan yang melanda dengan mundurnya Mubarrak tidak menghilangkan rasa cemas untuk masa depan.

General Mohsen el-Fangari Fernsehen Bekanntgabe Ägypten
Gen. Mohsen el-Fangari di televisi Mesir menyampaikan jamninan bahwa kesepakatan internasional akan dihormatiFoto: AP

Sejak Jumat lalu, kekuasaan telah beralih tangan ke militer Mesir. Di pucuk pimpinannya, Jenderal Mohammed Hussein Tantawi bertindak sebagai wakil perdana menteri dan panglima angkatan bersenjata. Orang dekat Husni Mubarak ini telah menyatakan bahwa peran militer hanya bersifat transisi. Selanjutnya di tingkat nasional, militer Mesir telah mengatakan akan berdialog dengan serikat buruh, para tokoh gerakan rakyat dan kaum oposisi tentang reformasi yang diinginkan rakyat. Yakni sebuah pemerintahan sipil dan perubahan sistem yang total.

Juga di tingkat internasional, ditegaskan kembali pernyataan yang melegakan banyak pihak, termasuk Israel. Juru bicara militer Mesir, Ismail Etman menyatakan, "semua kesepakatan regional dan internasional yang telah dibuat pemerintah Mesir sebelumnya akan dihormati, termasuk kesepakatan perdamaian dengan Israel."

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu hari Sabtu (12/2), menyambut pernyataan itu. Ia tekankan bahwa kesepakatan damai antara Israel dan Mesir tak hanya telah membantu kedua negara, tapi juga nerupakan salah satu hal yang menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Sementara itu, di lapangan merdeka Tahrir, jumlah militer yang berjaga-jaga tampak bertambah.

Tim Janzsky/Edith Koesoemawiria
Editor: Christa Saloh