1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aung San Suu Kyi: Tidak Ada Perubahan di Birma

12 Mei 2011

Setelah membisu puluhan tahun, junta Myanmar tahun lalu mengumumkan perubahan-perubahan. Harapan merebak bahwa negara di Asia Tenggara ini perlahan-lahan dapat membuka diri secara ekonomi dan politik.

https://p.dw.com/p/11ExT
Aung San Suu KyiFoto: AP

Aung San Suu Kyi, penerima hadiah Nobel perdamaian dan pemimpin oposisi Birma atau Myanmar yang paling terkenal, mengungkapkan kepada pemancar televisi DW, mengapa ia menganggap tidak ada perubahan di Birma.

Aung San Suu Kyi tidak berbagi sikap optimis kecil yang ditunjukkan oleh pengamat internasional mengenai situasi di Myanmar: "Tidak ada perubahan yang sebenarnya. Orang-orang mendambakan perubahan, tetapi pada kenyataan tidak ada."

Meskipun demikian, sejak setengah tahun ini banyak yang telah terjadi di Birma yang secara resmi bernama Myanmar. Misalnya, November lalu, setelah dua dasawarsa kembali digelar pemilihan umum. Januari lalu parlemen untuk pertama kalinya bersidang dan akhir Maret junta secara resmi membubarkan diri.

Aung San Suu Kyi Unterstützer feiern vor ihrem Haus Flash-Galerie
Pendukung Aung San Suu Kyi di depan rumahnyaFoto: AP

Hanya polesan luar

Kehidupan Aung San Suu Kyi saat ini juga membaik. Rejim Myanmar akhir tahun lalu mencabut status tahanan rumah San Suu Kyi. Sejak itu ia memiliki akses internet, memberikan wawancara dan kembali aktif dalam kegiatan peningkatan demokrasi. Namun, bagi Suu Kyi, militer Birma hanya melakukan polesan luar. Menurutnya, pemerintah militer hanya berusaha melakukan pemilu yang diawasi untuk mencapai kekuasaan yang legitim. Ia menambahkan, selama tidak semua tahanan politik dibebaskan dan semua dilarang terlibat dalam proses politik di negeri itu, orang tidak dapat berbicara tentang perubahan sebenarnya.

Suu Kyi sebelumnya menegaskan, ia ingin melakukan diskusi dengan mahasiswa internasional mengenai situasi di tanah airnya. Karena itulah diskusi istimewa dengannya digelar melalui telefon. Aung San Suu Kyi dihubungi per telefon dari Yangun ke "Hertie School of Governance" di Berlin, Jerman. Deutsche Welle berperan menjadi moderator dan merekam diskusinya dengan jurnalis dan mahasiswa.

Pegiat HAM usia 65 tahun itu menyatakan menumpukan harapannya pada politisi muda yang berpendidikan. Tidak hanya di negara-negara Arab, di Birma mahasiswa juga mengupayakan perubahan, ujar Suu Kyi: „Ini adalah salah satu perubahan terbesar yang saya lihat setelah pencabutan status tahanan rumah saya. Tujuh tahun lalu, kaum muda Birma tidak berminat pada politik. Sekarang mereka lebih antusias. Di satu sisi karena frustasi, di sisi lain karena mereka mengerti bahwa perubahan harus mereka lakukan sendiri. Mereka sekarang jauh lebih mandiri."

Myanmar Aids
Aung San Suu Kyi dengan penderita AIDSFoto: picture alliance/dpa

Suu Kyi: Penderitaan rakyat bukan karena sanksi

Dalam diskusi, Aung San Suu Kyi menyatakan yakin bahwa dilanjutkannya tekanan internasional terhadap rejim militer, berguna bagi negaranya. Dalam kasus Birma, sanksi lebih merugikan penguasa ketimbang rakyat Birma: “Bila menanyakan orang di sini, apa masalah mereka yang terbesar? Semua mengatakan, inflasi dan harga barang untuk kehidupan yang meningkat. Ini adalah masalah sehari-hari yang diderita oleh kebanyakan orang. Pengangguran. Dan ini tidak disebabkan oleh sanksi."

Aung San Suu Kyi di Myanmar juga tidak bebas dari kontroversi akibat sikap kerasnya. Gerakan oposisi terpecah ke dalam berbagai organisasi. Melalui telefon di Berlin ia mengatakan, meskipun demikian jaringan pegiat demokrasi di Myanmar berkembang.

Adrienne Woltersdorf/Christa Saloh

Editor: Ayu Purwaningsih