1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asia Pertimbangkan Kembali Energi Nuklir?

15 Maret 2011

Dari 62 reaktor yang sedang dibangun di seluruh dunia, 40 diantaranya ada di Asia. Bagi negara-negara Asia tekanan meningkat agar mempertimbangkan kembali pengembangan energi nuklir, menyusul krisis nuklir di Jepang

https://p.dw.com/p/10ZSn
Protes Anti Nuklir di Filipina, 15 Maret 2011.Foto: AP

Di Asia, Jepang memiliki reputasi sebagai negara berteknologi handal dengan warga yang cermat dan teliti. Ledakan di instalasi nuklir Fukushima dan ancaman radiasi yang diakibatkannya, membuat banyak organisasi lingkungan kembali menyerukan penolakan terhadap energi nuklir. Mereka tak hanya mencemaskan kondisi geografis negara serta bencana alam yang mengancam, melainkan bahwa setiap kesalahan yang terjadi bisa berakibat fatal. Radiasi nuklir menyebabkan alam dan manusia teracuni untuk beberapa generasi.

Sementara di tingkat pemerintahan, Perdana Menteri India, Manmohan Singh misalnya, hari Senin (14/03) mengatakan di depan parlemen, "Badan energi atom dan industri nuklir harus memeriksa kembali semua aspek tehnik pada sistem keamanan. Terutama ketahanannya bila terjadi bencana seperti tsunami dan gempa bumi.“ Ditegaskannya, bila perlu semua reaktor nuklir India harus ditingkatkan keamanannya. Meski begitu, Perdana Menteri Singh secara mendasar tidak mempertanyakan penggunaan tenaga nuklir. Sebaliknya, ia membanggakan keberhasilan mematikan reaktor di Madras ketika terjadi tsunami tahun 2004.

India, seperti juga Korea Selatan tengah membangun 5 reaktor nuklir baru. Kedua negara yang sudah memiliki puluhan reaktor nuklir ini, tidak berniat menghentikan pengembangan nuklir. Korea Selatan bahkan ingin mengekspor teknologi nuklirnya ke Timur Tengah. Selain Jepang, India, Korea Selatan dan Utara, juga Pakistan, Cina dan Iran memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN. Cina kini membangun 27 reaktor nuklir, dan merencanakan 50 reaktor nuklir lagi. Wakil Menteri Lingkungan Cina Zhang Lijun menegaskan, Cina tak mengubah rencana dan tekad mengembangkan energi nuklir, tapi akan belajar dari kesalahan Jepang. Serupa diisyaratkan Bangladesh.

Sementara mengenai reaktor nuklir di Iran, konsultan Badan Energi Atom internasional Dr. Behrouz Bayat mengutarakan, "Instalasi nuklir Iran, dari segi keamanan dan kwalitas tidak bisa dibandingkan dengan punya Jepang. Reaktor nuklir Iran dibangun dengan teknologi campuran. Ini meningkatkan risiko bahayanya.“

Negara-negara ASEAN juga sudah lama melirik pembangunan PLTN. Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2008 menyatakan tenaga nuklir sebagai alternatif positif, yang dapat mendorong perkembangan kawasan. Kini Kepala Lembaga Energi Nuklir Vietnam Vuong Huu Tan mengatakan, krisis nuklir di Jepang tidak berdampak pada rencana pembangunan reaktor nuklir di negaranya. Vietnam berencana membangun 8 instalasi nuklir dalam 20 tahun mendatang.

Meski begitu, negara-negara ASEAN akan harus mempertimbangkan kembali langkahnya. Menurut pakar urusan internasional dari Singapura, Simon Tay, ketakutan merupakan faktor penting. Perhatian mengenai keamanan nuklir meningkat, setelah Jepang gagal menjaga keamanan reaktornya. Thailand dan Malaysia yang berencana membangun instalasi energi nuklir mengikuti perkembangan krisis di Jepang dengan seksama, dan menekankan butuh waktu panjang sampai reaktor nuklir bisa dibangun.

afp/DW/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk