1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asia Penting Bagi Perusahaan Jerman

Andreas Becker5 November 2012

Tanpa negara-negara di Asia, keberhasilan ekspor banyak perusahaan Jerman tidak akan seperti sekarang. Namun, neraca perdagangan Jerman di kawasan tersebut cenderung negatif.

https://p.dw.com/p/16cqs
Foto: AP

Kini era globalisasi. Namun, sebagian besar pemasukan perusahaan Jerman diperoleh dari bisnis dengan negara-negara tetangga di Eropa. 70 persen omset datang dari Eropa dan kurang dari 20 persen dari Asia. Namun, menurut Friedolin Strack, pimpinan komisi Asia Pasifik, Asia tetap kawasan menjanjikan di masa depan. 

"Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan khususnya terjadi di Asia, dimulai oleh Cina." Khususnya industri-industri terpenting Jerman semakin banyak menjual produknya di negara-negara Asia. "Cina menjadi pasar nomor satu bagi industri mesin Jerman", ujar Strack. 

Apakah Belanda lebih penting dari Cina?

Cina adalah satu-satunya negara Asia yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi mitra dagang terpenting Jerman. Cina berada di peringkat ketiga, diikuti Jepang di peringkat 14, Korea Selatan peringkat 21 dan India di 24. Indonesia berada di peringkat 43.

Hubungan antara wilayah Asia yang tengah booming dan statistik angka penjualan cukup mengherankan. Belanda misalnya, hanya memiliki jumlah penduduk sebanyak warga kota Shanghai di Cina. Namun, kerajaan kecil ini masih lebih penting bagi Jerman dibandingkan Cina. Penduduk Belgia lebih sedikit dibandingkan penduduk ibukota India, New Delhi. Namun, hasil perdagangan dengan Belgia membuahkan omset lima kali lebih besar dibandingkan dengan India.

"Artinya, kami masih punya potensi. Masih banyak yang bisa dilakukan disana", kata Friedolin Strack. Secara keseluruhan memang industri Jerman masih sangat berorientasi ke Eropa. "Namun, di beberapa perusahaan yang kami anggap sebagai penentu tren, omset di Asia mencapai 40 hingga 50 persen."

Erdöl in China Sinopec Raffinerie in Ningbo
Pabrik petrokimia Sinopec Zhenhai di NingboFoto: picture-alliance/dpa

Industri kimia Asia kalahkan Eropa

Ekonomi di Asia tumbuh lebih pesat dari Eropa. Ini terlihat pada ekspor Jerman ke Asia. Angkanya meningkat hingga 50 persen antara tahun 2009 dan 2011, sementara di zona Euro hanya 20 persen. Jadi hanya masalah waktu saja, hingga peringkat mitra dagang terpenting Jerman berisi nama-nama negara di Asia.

Di industri kimia ini sudah lama terjadi. Setengah dari pemasukan didapat dari Asia dan hanya seperempat dari Eropa. Tidak lama lagi perusahaan Asia akan membalap pesaing dari Eropa. Dan tahun 2030, 75 persen bisnis kimia akan digelar di Asia. Ini menurut hasil studi perusahaan A.T Kearney. Bagi perusahaan kimia Jerman dan Eropa tentu ada konsekuensinya.

Jerman Defisit dalam Perdangan dengan Asia

Perusahaan kimia Jerman seperti BASF dan Lanxess memperoleh banyak uang dengan menjual produk kimia ke Cina dan memproduksinya disana. Di kawasan Timur Tengah juga dibangun kapasitas produksi besar untuk memenuhi tuntutan dari Asia. 

Der Hauptsitz von BASF in Ludwigshafen
Markas BASF di LudwigshafenFoto: AP

Menurut Otto Schulz, suatu saat nanti Cina tidak akan bergantung pada produk impor. "Kita akan melihat barang ekspor dari Cina dan Timur Tengah di Eropa. Pasar Eropa yang dulunya cenderung pasar ekspor, bisa lebih menjadi pasar impor."

Perkembangan ini akan mengubah secara drastis statistik perdagangan. Kini, Jerman yang dikenal sebagai negara ekspor sudah mengalami defisit dalam perdagangan dengan Asia. Jerman lebih banyak membeli produk dari Cina, ketimbang menjual produknya sendiri.