1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300611 USA Obama Pleite

30 Juni 2011

Batas hutang maksimal yang diperbolehkan konstitusi sudah dicapai dan bulan Agustus obligasi negara yang jatuh tempo harus mulai dibayar. Untuk menaikkan batas hutang, Obama butuh persetujuan kubu Republik.

https://p.dw.com/p/11mJi
Gedung lembaga rating Standard and Poor's
Situasi kritis AS juga diakui lembaga rating Standard and Poor'sFoto: picture-alliance/dpa

Pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama kembali berputar mengenai satu tema penting: Amerika Serikat harus menaikkan batas maksimal hutang negaranya, kalau tidak mereka tidak akan bisa membayar hutang.

"Kalau pemerintah AS untuk pertama kalinya dalam sejarah tidak bisa membayar hutangnya, kalau akhirnya AS bangkrut, maka konsekuensinya bagi perekonomian AS akan parah sekali," ujar Obama dalam apelnya.

Dana Moneter Internasional IMF memberi peringatan, bahwa konsekuensi tidak hanya akan dirasakan oleh perekonomian AS, melainkan juga oleh semua pasar ekonomi di seluruh dunia. Karena itu AS harus segera menaikkan batas maksimal hutang negaranya, agar sebuah pukulan berat bagi perekonomian dunia dapat dihindari.

Oposisi harus setuju

Presiden Obama berpidato
Presiden Obama harus meyakinkan kubu RepublikFoto: dapd

Masalahnya bagi Presiden Obama adalah, dirinya dan kubu Demokratnya butuh kaum Republik, karena mereka adalah mayoritas di Parlemen. Tema ini sudah menjadi bahan perdebatan selama berminggu-minggu. Kubu Republik menuntut agar AS lebih berhemat lagi, dan bukan menaikkan batas hutangnya. Memang Obama sebenarnya mau berhemat, tetapi ia juga ingin menutup lubang pajak bagi para jutawan, industri minyak dan juga bagi pesawat jet eksekutif.

Bagi Obama, opsi ini bukanlah sebuah tuntutan radikal. "Saya pikir, mayoritas rakyat Amerika setuju dengan solusi ini," kata Obama. Tetapi kubu Republik tidak tergolong ke kelompok yang setuju. Bagi mereka rencana menutup lubang pajak sama saja dengan kenaikan pajak, dan ini sangat mereka tolak.

Perdebatannya sampai sekarang mandek. Dalam konferensi pers, dapat dilihat bahwa Obama benar-benar frustasi dengan situasi ini. Kelihatannya kubu Republik juga tidak tergerak setelah pidato Obama.

Paling lambat tanggal 2 Agustus kedua pihak sudah harus mencapai kesepakatan. Kalau tidak berhasil angensi rating Standard & Poor's sudah mengancam akan menjadikan obligasi negara menjadi barang yang tidak berharga lagi. Dan kalau tidak ditemukan solusi cepat, hal yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi. Amerika Serikat akan bankrut.

Pemilu 2012 jadi taruhannya

Presiden Obama
Jika situasi tidak berubah pemilu Obama akan sulit menang pemilu 2012Foto: AP

Kegagalan untuk memperbaiki situasi perekonomian AS juga akan mempunyai pengaruh langsung terhadap Obama dalam pemilihan presiden tahun 2012. Sebenarnya kesempatan baik Obama adalah kalau warga di beberapa wilayah tertentu sudah pulih dari pukulan krisis ekonomi. Yaitu di negara-negara bagian, yang tidak didominasi mutlak oleh satu kubu, baik Demokrat maupun Republik. Tetapi, walaupun tingkat pengangguran di sana lebih rendah dari rata-rata nasional, sayangnya warga di sana saat ini tidak optimis tentang situasi ekonomi.

Banyak orang Amerika yang sekarang menyalahkan Washington atas masalah-masalah ekonomi nasional. Karena itu Obama akan menghadapi kesulitan besar untuk mengandalkan statistik ekonomi AS agar menguntungkan baginya di negara-negara bagian, di mana rivalnya dari kubu Republik juga pasti akan mengerahkan tenaga kuat dalam pemilu presiden 2012.

Saat ini untungnya Obama masih berada di posisi atas dalam jajak pendapat dibandingkan dengan rival-rivalnya dari kubu Republik, yang dipimpin oleh Mitt Romney. Walaupun pemilu masih 17 bulan lagi, jika situasi tidak berubah, Obama akan menghadapi pertarungan sulit dalam meyakinkan para pemilih agar merasa optimis terhadap masa depan Amerika Serikat ditangannya.

Angga Engelke/Anggatira Gollmer/rtr
Editor: Hendra Pasuhuk