1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Tak Dapat Sendiri, Beban Harus Ditanggung Bersama

24 September 2009

Di luar gedung PBB di New York, demonstran berjubel,mulai dari penentang Presiden Iran Ahmadinejad, pengecam pemimpin Lybia Kaddafi, hingga kaum pemerhati isu global. Sementara di dalam berlangsung diplomasi tinggi

https://p.dw.com/p/Jnad
Presiden Barack Obama pada Sidang Umum PBB ke-64 di New York, Rabu,23 Sept, 2009.Foto: AP

Desakan terhadap para pemimpin dunia dilancarkan oleh Presiden AS Barack Obama, hari Rabu pada Sidang Umum PBB. Menunjuk kepada sejumlah isu politik di dunia, ia menuntut agar negara-negara lain turut menanggung tanggung jawab itu bersama-sama. Amerika Serikat, katanya, tidak dapat menanggulangi berbagai krisis ini sendirian.

„Sejumlah upaya kami telah membawa hasil. Ada juga yang telah menata landasan bagi kemajuan di masa depan. Tapi janganlah salah. Ini tidak bisa menjadi upaya tunggal Amerika. Mereka yang dulu mengritik Amerika melangkah sendiri di dunia, kini tak dapat lagi berpangku tangan menunggu agar Amerika menyelesaikan malasah dunia. Kami telah berusaha untuk menyelaraskan kata dan tindakan dalam era baru keterlibatan global ini, dan sekarang adalah waktunya bagi kita semua untuk berbagi tanggung jawab memberikan respons global terhadap tantangan-tantangan global“, demikian Obama.

Masalah yang dimaksud Obama mulai dari perang di Afghanistan, hingga sengketa nuklir Iran dan Korea Utara. Obama menggunakan waktu yang tersedia untuk secara umum menekankan pergeseran dari politik mantan Presiden George W Bush, yang dinilainya memojokkan kawan dan lawan. Tekanan Obama mengenai kerjasama disambut banyak pihak. Namun sampai kini, baik Iran maupun Korea Utara tidak beranjak dari posisinya. Oleh sebab itu, meski tampak menunggu pembicaran khusus dengan Iran pada 1 Oktober mendatang, Obama tetap menegaskan, baik Iran maupun Korea Utara harus bisa diminta pertanggungjawabannya.

Obama juga mengimbau agar dukungan untuk perang di Afghanistan ditingkatkan. Belakangan para mitra di NATO tampak menyeret kaki dalam merespon seruan tambah pasukan untuk perang yang sudah berjalan 8 tahun itu. Padahal Taliban semakin giat dalam usahanya mendestabilisasi Afghanistan. Ia tegaskan, AS tidak bersedia melihat Afghanistan dan Pakistan digunakan oleh AlQaida sebagai markas maupun tempat persembunyian.

Mengenai konflik Israel dan Palestina, iapun tampak mengubah taktik. Obama tidak mendesak Israel lagi untuk menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di Jalur Gaza. Namun tegasnya, Amerika menganggap bahwa permukiman di wilayah yang diduduki itu ilegal. Tapi kini waktunya untuk berunding lagi, tanpa prasyarat, begitu tambahnya.

Menjawab seruan Obama, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon mengatakan, “Kami berusaha menghentikan pertumpahan darah di Gaza. Tapi rakyat tetus menderita. Isu-isu keadilan dan tanggung jawab harus dihadapi. Kita harus menggulirkan kembali negosiasi menuju solusi dua negara dan perdamaian yang komprehensif di Timur Tengah. Kami mendukung upaya Presiden Obama untuk menggulirkan kembali perundingan perdamaian dan akan bekerja sama dengan kwartet itu untuk merealisasinya.”

Sementara itu, seperti diperkirakan pemimpin Lybia, Muammar Kaddafi dalam pidato berkepanjangan dan lewat batas waktunya, a.l. mengecam Dewan Keamanan dan menuntut pembubarannya. Ia juga membuat sejumlah pernyataan provokatif lainnya. Selain itu diumumkan juga, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad berencana untuk menyampaikan pesan perdamaian. Pada Sidang Umum PBB, para kepala negara secara bergantian dengan diplomasi tinggimenyampaikan seruan dan kepentingan masing-masing negara.

EK/AR/dpa/rtr/afp/ap