1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS dan Rusia Diambang Perang Frontal di Suriah?

21 Juni 2017

Ditembak jatuhnya pesawat tempur Suriah oleh sebuah pesawat tempur AS, menjadi indikator serius naiknya peranan militer AS dalam konflik di Suriah. Insiden itu bisa membuka haluan perang antara AS dengan Rusia.

https://p.dw.com/p/2f4x1
USA-Syrien US-Kampfflugzeug F/A-18E Super Hornet
Foto: Reuters/Navy Media Content Services

Moskow menilai aksi penembakan pesawat militer Suriah itu sebagai agresi terhadap pemerintahan sah di Suriah. Rusia, selama bekecamuknya konflik, mendukung pemerintahan di Damaskus. Pesawat tempur Suriah dari tipe SU-22 sedang dalam misi menyerang milisi yang didukung AS di dekat kota Raqqa, saat ditembak jatuh oleh pesawat jet tempur F/A-18 E Super Hornet satuan AL Amerika.

US-backed militias push into IS-held Raqqa

Rusia langsung bereaksi dengan membatalkan kesepakatan zona”dekonflik” dengan AS, yang bertujuan mencegah insiden militer antara kedua negara di Suriah. Selain itu Kremlin juga mengumumkan, militer Rusia akan menembak semua pesawat asing yang terbang di kawasan udara sebelah barat sungai Efrat. Kawasan ini diklaim sebagai area operasi militer Rusia.

Risiko eskalasi meningkat

Insiden ini menegaskan kembali realita "perang proxy" di Suriah, yang berkecamuk antara dua faksi besar, yakni yang didukung oleh AS dan yang dibacking oleh Rusia. Konflik ini memiliki potensi memperbesar jurang perbedaan antara Washington dan Moskow, menyangkut masa depan Suriah.

Militer AS sebelumnya sudah tiga kali terlibat konflik dengan militer Assad pada pekan silam, sebelum terjadinya insiden penembakan jatuh pesawat terbang Suriah itu. AS berkilah, itu adalah serangan  balik terhadap pasukan pemerintah di Damaskus, yang menyerang milisi yang dibacking Washington di dekat Raqqa.

Dalam beberapa hari belakangan militer Amerika memperkuat bantuan pasukan bagi kelompok pemberontak Suriah di Raqqa, yang disebut-sebut sedang bertempur mengusir milisi teror Islamic State-ISIS dari kawasan itu.

Kisah WNI Simpatisan ISIS: Tertipu dan Kecewa

"Risiko erskalasi militer dan konfrontasi langsung antara AS dan Rusia terus meningkat. Kita bisa mengklaimnya secara sepihak, melihat naiknya jumlah insiden," ujar Jonathan Stevenson, mantan direktur urusan politik dan militer untuk Timur Tengah dan Afrika Utara pada dewan keamanan nasional di masa pemerintahan Obama.

"Ini situasi yang amat berbahaya," tegas Iwan Morgan, professor kajian Amerika Serikat di University College London. "Peluang bagi konfrontasi langsung naik secara signifikan.”

Walau begitu, Stevenson dan Morgan sepakat, bahwa kedua belah pihak akan berusaha supaya situasi tidak semakin meruncing. Ed.Michael Knigge(as/yf)