1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Akhirnya Kritik Dewan Militer Mesir

24 November 2011

AS mengutarakan kekhawatirannya akan bentrokan berdarah di Kairo. Pemerintah Obama mengecam cara militer menghadapi demonstran. Juga penggunaan gas airmata produksi AS dipermasalahkan.

https://p.dw.com/p/13GZK
Foto: shoot4u/Fotolia.com/DW

Selama tiga hari, pemerintahan Barack Obama tidak mengutarakan kritik apapun kepada Dewan Militer Mesir. Tidak ada yang lebih ditakuti Washington selain vakumnya kekuasaan di Kairo. Namun, mengingat tingginya jumlah korban yang tewas dan cedera di lapangan Tahrir, Amerika Serikat harus menghentikan sikap menahan diri diplomatisnya.

AS Buka Suara Akan Situasi di Mesir

Mark Toner, juru bicara kementrian luar negeri Amerika Serikat mengatakan, "Kami khawatir gelombang kekerasan di Mesir dan kami kembali mengecam penggunaan kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan terhadap para demonstran." Toner juga menuntut pasukan keamanan Mesir untuk menunjukkan sikap lebih menahan diri dan disiplin.

Pemerintah Obama juga merasa malu, bahwa kementrian dalam negeri Mesir dan polisi menggunakan gas airmata yang amat agresif yang diproduksi di Amerika Serikat. Ini gas airmata yang sama yang digunakan polisi Israel dalam bentrokan dengan demonstran Palestina. Ekspor gas airmata kepada pasukan keamanan asing dan dinas kepolisian asing tidak melanggar hukum dan karena itu tidak bisa dihentikan. Demikian menurut pihak Amerika.

Tuntutan Penundaan Pemilihan Parlemen

Juru bicara kementrian luar negeri Mark Toner tidak menutup-nutupi kekhawatirannya, terkait seruan banyak demonstran untuk menunda pemilihan parlemen yang rencanannya digelar hari Senin mendatang (28/11). "Pemilihan parlemen harus dilaksanakan hari Senin. Rakyat Mesir tetap bisa mengungkapkan kemauan politik mereka, yakni di kotak pemungutan suara."

Pemerintahan Obama tidak mendukung tuntutan untuk memundurkan pemilihan dan menggantikan pemerintahan militer di bahwa jenderal Tantawi dengan Dewan Tetua. "Kami yakin, bahwa pemilihan parlemen akan tetap bisa digelar", demikian juru bicara Toner.

Tantawi Sekutu Penting AS

Sama seperti saat menghadapi mantan presiden Mesir Mubarak, pemerintah Obama juga berusaha untuk tidak terlalu banyak turut campur menekan penguasa militer saat ini, Tantawi. Karena mirip dengan Mubarak, jenderal Tantawi dianggap sebagai sekutu setia di Washington. Tahun 1991, ia memimpin pasukan Mesir di sisi Amerika Serikat dalam Perang Teluk melawan diktator Irak Saddam Hussein. Dalam pembicaraan telepon terakhirnya dengan Tantawi bulan lalu, Presiden Obama masih memuji sikap penguasa Mesir yang membolehkan hadirnya pengamat internasional dalam pemilihan presiden Mesir tahun depan.

Menurut perkiraan Amerika Serikat, revolusi Mesir kini tiba di tahap kedua yang menentukan. Di kalangan pemerintahan Amerika kekhawatiran semakin besar akan terjadinya kekacauan yang tidak terkendali di negara yang merupakan sekutu terpenting di Timur Tengah setelah Israel. Sementara itu, pemerintah Obama mengusahakan pembebasan tiga mahasiswa Amerika dari penjara di Kairo. Para mahasiswa tersebut dituduh menyerang gedung kementrian dalam negeri Mesir dengan bom api. 

Ralf Sina / Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Agus Setiawan