1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Arab Saudi Ancam Jauhi Amerika

23 Oktober 2013

Kesal dengan kebijakan Presiden Barack Obama di Iran dan Suriah, para anggota keluarga kerajaan Arab Saudi yang berkuasa mengancam akan merenggangkan hubungan dengan Amerika yang selama ini menjadi sekutu mereka.

https://p.dw.com/p/1A4nv
Foto: picture-alliance/dpa

Kepala intelijen Arab Saudi bersumpah bahwa kerajaan akan membuat “perubahan besar” dalam hubungan dengan Amerika sebagai bentuk protes atas sikap AS atas Suriah dan mendekatnya Negara adidaya itu ke Iran, demikian diungkapkan sumber yang dekat dengan pengambil keputusan di kerajaan Arab Saudi.

Pangeran Bandar bin Sultan mengatakan kepada para diplomat Eropa bahwa AS telah gagal bertindak secara efektif terhadap presiden Suriah Bashar al-Assad atau dalam konflik Israel-Palestina, semakin mendekat ke Teheran, dan tidak berada di belakang Saudi yang mendukung pemerintah Bahrain ketika berhadapan dengan gerakan anti pemerintah pada tahun 2011.

Pergeseran besar

“Pergeseran menjauh dari Amerika akan menjadi sesuatu yang besar,” kata sumber di lingkungan kerajaan. ”Saudi tidak ingin lagi berada dalam situasi ketergantungan (terhadap AS).”

Amerika Serikat dan Arab Saudi telah menjadi sekutu sejak kerajaan itu dideklarasikan pada 1932, dan memberikan perlindungan militer dengan tujuan agar AS bisa mengamankan pasokan minyak dari negara penghasil minyak terbesar dunia tersebut.

F-15 Kampfflugzeuge
AS memberikan bantuan militer sebagai imbalan jaminan pasokan minyak dari Arab SaudiFoto: picture-alliance/dpa

Kritik Arab Saudi itu muncul beberapa hari setelah peringatan 40 tahun peristiwa embargo minyak Oktober 1973 yang diberlakukan Negara itu untuk menghukum Barat yang mendukung Israel dalam perang Yom Kippur.

Situasi terakhir, membuat hubungan AS-Saudi mengalami titik terendah – setelah sebelumnya juga sempat terguncang akibat serangan 11 September karena sebagian besar teroris pembajak pesawat berasal dari Arab Saudi.

Arab Saudi telah memberi sinyal ketidaksenangan mereka atas kebijakan luar negeri Obama pada pekan lalu ketika mereka menolak duduk di kursi Dewan Keamanan PBB, sebagai cerminan kemarahan kerajaan itu atas kegagalan komunitas internasional untuk mengakhiri perang saudara di Suriah dan bertindak dalam sejumlah masalah di Timur Tengah.

Sahabat dan sekutu

Di London, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan ia telah mendiskusikan kecemasan Riyadh itu ketika bertemu dengan Menlu Arab Saudi yakni Saud al-Faisal di Paris, hari Senin lalu.

Kerry mengaku bahwa dirinya telah mengatakan kepada Menlu Arab Saudi bahwa tak ada kesepakatan yang lebih baik dibanding kesepakatan yang buruk dengan Iran. ”Saya yakin bahwa AS dan Arab Saudi akan tetap menjadi sahabat dan sekutu dekat dan penting sebagaimana selama ini,” kata Kerry kepada para wartawan.

Menanggapi situasi terakhir, anggota parlemen Amerika dari partai Demokrat Chris Van Hollen mengatakan bahwa langkah Arab Saudi itu bertujuan untuk menekan presiden Obama untuk mengambil langkah di Suriah.

“Kami tahu permainan mereka. Mereka sedang mencoba mengirimkan pesan bahwa kami harus melibatkan militer secara total di Suriah, dan saya pikir akan menjadi sebuah kesalahan besar untuk berada di tengah-tengah perang saudara di Suriah,” kata Van Hollen.

“Dan Saudi seharusnya lebih dulu memulai dengan berhenti mendanai kelompok-kelompok yang terkait dengan Al Qaeda di Suriah. Sebagai tambahan adalah fakta bahwa negara itu tidak memperbolehkan perempuan mengemudi,” kata Van Hollen, yang dikenal dekat dengan Obama dalam urusan dalam negeri tapi kurang berpengaruh dalam urusan politik luar negeri.

ab/hp (rtr,afp,ap)