1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Antisipasi Swiss Hadapi Bencana Akibat Mencairnya Gletsyer

19 Oktober 2009

Swiss adalah salah satu satu negara yang sudah mengambil ancang-ancang menghadapi ancaman bencana sebagai akibat dari mencairnya lapisan gletsyer.

https://p.dw.com/p/KAGn
Sebuah papan informasi penurunan lapisan gletsyer di pegunungan Alpina SwissFoto: AP

Lapisan es abadi atau gletsyer di seluruh dunia kini mencair dengan laju amat cepat sebagai dampak pemanasan global. Dengan dana cukup besar ditunjang teknologi yang dikembangkan untuk mengantisipasi banjir akibat mencairnya gletsyer dari pegunungan Alpina, Swiss mengembangkan strategi pencegahan bencana yang dapat menjadi panutan.

Para insinyur Swiss terutama memusatkan upaya pencegahan bencana di kawasan Grindelwald, yang merupakan kawasan gletsyer pegunungan Alpina yang laju pencairannya paling cepat. Para insinyur membuat saluran pembuangan buatan, dengan cara meledakan jalur yang diperkirakan akan dilalui aliran air dari gletsyer yang mencair.

Pekerjaan meledakkan batuan keras serta pembangunan saluran pembuangan buatan sepanjan dua kilometer itu, berdasarkan rencana harus sudah tuntas sebelum datangnya musim dingin di akhir tahun 2009 ini. Mulai awal tahun 2010, danau tandon gletsyer yang mencair yang sifatnya sulit diramalkan, secara terarah akan dikurangi volumenya. Danau tandon ini terbentuk akibat mencairnya lapisan gletsyer sebagai dampak pemanasan global. Danau tandon air dari gletsyer yang mencair, yang terletak pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut di dataran tinggi Bern itu, mulai terisi air sekitar empat tahun lalu. Dan dari tahun ke tahun volume air yang terkumpul terus bertambah.

Setiap musim panas, biasanya terjadi pelepasan air secara spontan, yang menciptakan gelombang pasang di sungai Lütschine yang melintas di kawasan pegunungan Alpina. Sejauh ini, banjir musiman itu tidak menyebabkan kerusakan berarti di kawasan lembah. Namun para pejabat lokal tetap waspada, karena mengetahui dapat saja tandon air itu tiba-tiba jebol dan melanda semua desa yang menghalangi jalannya, dan dapat menyebabkan korban jiwa cukup besar.

Insinyur ahli bendungan Nils Hählen mengatakan, ongkos pembangunan saluran pembuangan buatan senilai 10 juta Euro, sebanding dengan ancaman bahaya yang dihadapi. “Jika terjadi banjir spontan, kita dapat mengalami kerugian puluhan juta Euro. Padahal banjir semacam itu dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Ongkos pembangunan jutaan Euro bagi saluran pembuangan ini, sebetulnya relatif murah.“

Saluran pembuangan air semacam itu merupakan model perdana di kawasan pegunungan Alpina. Modelnya dapat dibuat sebagai panduan bagi upaya pencegahan bencana banjir gletsyer serupa itu. Para peneliti gletsyer di Universitas Zürich memperhitungkan, jika laju pemanasan global konstan seperti saat ini, sampai akhir abad ini sekitar 80 persen gletsyer di pegunungan Alpina akan hilang karena mencair. Pembentukan danau-danau tandon air dari gletsyer yang mencair merupakan fenomena ikutan dari perubahan iklim, demikian kata pakar geologi Hans-Rudolf Keusen, yang bertugas menghitung tingkat risiko dari danau gletsyer di kawasan Grindelwald.

Hans-Rudolf Keusen secara rutin memeriksa sensor-sensor yang dipasang di sekitar danau tandon air gletsyer itu. Sensor yang dipasang mengukur perubahan muka air danau dalam konstanta menit. Jika secara mendadak muka air danau naik secara drastis, sensor akan melontarkan tanda bahaya dan dengan itu Keusen juga dapat memberikan peringatan dini. Kehandalan sistem peringatan dini itu sudah terbukti pada bulan Mei lalu. Ketika itu longsoran gletsyer bercampur batuan mengancam bobolnya danau tandon itu dalam waktu singkat. Alarm yang dipancarkan sistem sensor diterima di biro pemantau. Petugas pemadam kebakaran di kawasan lembah langsung disiagakan. Tapi gelombang banjir bandang tidak terjadi, karena air danau dapat disalurkan secara perlahan-lahan lewat saluran bawah permukaan, hingga muka air danau kembali ke posisi normal.

Namun dengan peristiwa itu, kembali dibuktikan fakta bahwa danau tandon gletsyer semacam itu sulit diduga perilakunya.

Claudia Witte/Agus Setiawan

Editor: Yuniman Farid