1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tantangan Terberat: Kebakaran Lahan & Energi

Kuki Soejachmoen1 November 2017

Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan muka air laut, gangguan di sektor pertanian dan ketahanan pangan jadi ancaman di depan mata. Kebakaran lahan menjadi tentangan terberat.

https://p.dw.com/p/1IXpA
NASA Aufnahme Indonesien Feuer
Foto: NASA/J. Schmaltz

Meski sering disebut-sebut, istilah perubahan iklim di Indonesia belum tergolong populer. Masih diperlukan penerjemahan ke bahasa sehari-hari yang lebih mengena dan dapat dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat umum.

Argumentasi yang acap kali disampaikan bahwa masalah perubahan iklim masih jauh dirasakan dampaknya di masa depan, dan bukan di depan mata, SANGAT tidak tepat.

Sudah terlalu banyak sebetulnya dampak yang dirasakan. Hanya saja, memang karena dampak yang timbul selalu terkait dengan berbagai penyebab lain, maka lebih sering permasalahan yang ada dianggap sebagai permasalahan lain, bukan permasalahan karena perubahan iklim.

Ubah cara pandang, ayo bergerak

Sudah waktunya cara pandang ini mengalami perubahan dan sudah waktunya pula semua pihak melakukan aksi dan upaya nyata untuk menangani dampak yang muncul dan mengendalikan perubahan iklim supaya tidak semakin parah.

Pertama-tama, perlu dipahami dulu istilah yang biasa digunakan dalam konteks perubahan iklim. Yakni: adaptasi untuk menangani dampak dan mitigasi untuk mengendalikan perubahan iklimnya.

Pada dasarnya, adaptasi lebih difokuskan kepada bagaimana kita semua dapat melakukan aksi dan upaya yang dapat mengatasi dampak yang timbul ataupun dampak yang diperkirakan akan timbul akibat perubahan iklim.

Yang pasti, adaptasi jika hanya dilakukan kalau dampak sudah timbul akan memberikan implikasi biaya yang lebih tinggi daripada jika adaptasi ini disiapkan sebagai bentuk antisipasi.

Sementara itu, mitigasi sebetulnya lebih merupakan berbagai aksi dan upaya yang kita lakukan agar gas-gas yang menjadi penyebab perubahan iklim dapat ditekan keberadaannya, sehingga laju perubahan iklim dapat dikurangi.

Mitigasi dapat dilakukan dengan mengurangi gas rumah kaca yang dikeluarkan (diemisikan) maupun dengan menyerap kembali gas rumah kaca yang sudah ada di udara lepas.

Di akhir 2015 lalu, negara-negara yang diwakili oleh pemerintahnya masing-masing telah bersepakat bahwa perubahan iklim harus diselesaikan bersama-sama. Bukan hanya oleh kelompok negara tertentu dan bukan pula hanya oleh pemerintah saja.

Hal ini wajar karena pada akhirnya kita harus melakukan adaptasi dan mitigasi demi memastikan keberlanjutan kehidupan dan juga memastikan terwujudnya kesejahteraan yang menjadi cita-cita semua bangsa di dunia.

Karena itu, sudah waktunya kita memandang perubahan iklim sebagai tantangan bukan halangan. Jika perubahan iklim dipandang sebagai halangan, maka kita akan menyerah begitu saja, sementara tantangan adalah sesuatu yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik dan benar. Indonesia harus menjawab tantangan ini dan tidak hanya pemerintah tetapi juga semua pihak harus turut menjawabnya.

Tantangan terberat Indonesia: kebakaran lahan

Salah satu tantangan yang terbesar yang erat kaitannya dengan perubahan iklim adalah permasalahan kebakaran lahan. Berbagai kajian telah disampaikan, betapa kebakaran lahan tersebut telah meningkatkan emisi gas rumah kaca Indonesia secara signifikan.

Beberapa argumen mempertentangkan kebutuhan pembangunan yang semakin menekan sehingga terjadi perubahan tata guna lahan. Paradigma ini harus diubah.

Lahan yang ada perlu dipertahankan fungsinya dan jika memang lahan tersebut memiliki potensi kebakaran karena rendahnya kandungan air yang ada, maka harus dilakukan perbaikan sehingga fungsinya dapat terjaga, ini yang sekarang gencar dilakukan dengan restorasi lahan.

Restorasi lahan bukan hal yang mustahil, dan juga bukan hal yang akan mematikan pertumbuhan ekonomi karena dapat dilakukan sebagai bentuk pengelolaan lahan yang bernilai ekonomi.

Tantangannya adalah memastikan bahwa upaya restorasi dapat dilakukan di lahan yang memang harus direstorasi dan memberikan manfaat kepada berbagai pemangku kepentingan yang ada, termasuk masyarakat yang ada di sekitarnya.

Tantangan berikut: kebutuhan energi

Tantangan lain yang tidak kalah besarnya adalah peningkatan kebutuhan energi, terutama energi listrik. Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil, memang masih sangat memerlukan energi listrik.

Penulis: Kuki Soejachmoen
Foto: privat

Target pemerintah untuk 100% elektrifikasi tentu akan memiliki implikasi dalam hal pembiayaan yang akan menentukan jenis pembangkitan yang dipilih.

Kecenderungan yang selama ini ada untuk mengatasi dengan pembangunan pembangkit skala besar dan terpusat perlu ditimbang ulang dengan mengedepankan pembangunan pembangkit skala kecil dan tersebar sehingga dapat pula memenuhi kebutuhan di pulau-pulau kecil yang terpencil dengan memanfaatkan sumberdaya setempat.

Pemanfaatan sumberdaya setempat dan lebih difokuskan pada sumber energi terbarukan, akan dapat membantu pertumbuhan ekonomi lokal dan turut mengendalikan perubahan iklim dengan sumber energi yang tidak mengeluarkan emisi gas rumah kaca.

Kedua tantangan besar tadi sebetulnya merupakan peluang aksi mitigasi yang sangat besar dan dapat dilakukan oleh berbagai pihak, bukan hanya pemerintah semata. Tantangan di sisi adaptasi juga menarik untuk dibahas dalam catatan selanjutnya.

Penulis:

Kuki Soejachmoen, pengamat masalah perubahan iklim.

@KukiMHS

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.