1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aliansi NSA dan Facebook

Benjamin Knight4 Juli 2013

Kasus bekas direktur keamanan Facebook yang pindah kerja ke dinas rahasia AS, NSA, menunjukkan kerja sama erat antara dinas rahasia dan jaringan sosial.

https://p.dw.com/p/191wg
A flag announcing the IPO of Facebook flies next to the American flag outside the offices of J.P. Morgan in New York City, New York May 4, 2012. Facebook Inc aims to raise about $10.6 billion in Silicon Valley's largest IPO, dwarfing the coming-out parties of tech companies like Google Inc and granting the world's largest social network a market value close to Amazon.com's. REUTERS/Lee Celano (UNITED STATES - Tags: BUSINESS SCIENCE TECHNOLOGY)
Foto: Reuters

Menurut berbagai laporan, penyadapan data besar-besaran oleh NSA tidak hanya terbatas pada musuh, tetapi juga teman. Dari mana dinas rahasia Amerika Serikat ini mendapatkan informasi sekian banyak? Sumbernya berusia sekitar sepuluh tahun, namun telah menginfiltrasi hampir semua aspek kehidupan kita: jaringan sosial.

Mei lalu New York Times melaporkan, bekas direktur keamanan Facebook, Max Kelly, tahun 2010 berpindah kerja ke Dinas Rahasia Nasional AS, NSA.

Akses langsung

Bekas direktur keamanan platform sosial media terbesar di dunia itu direkrut NSA hanya beberapa bulan setelah program pengamatan NSA, PRISM mulai mengakses data Facebook. Perpindahan Kelly itu dirahasiakan selama tiga tahun. Perekrutan ini menunjukkan bagaimana eratnya aktivitas dinas rahasia AS dengan jaringan sosial.

"Silicon Valley punya yang diperlukan dinas rahasia: data pribadi yang jumlahnya sangat besar dan software canggih yang memungkinkan untuk menganalisanya", tulis New York Times.

Tak bertanggung jawab kepada siapa pun

FIEL - A general view of the headquarters of the National Security Administration (NSA) in Fort Meade, Maryland, USA, 07 June 2013. According to media reports, a secret intelligence program called 'Prism' run by the US Government's National Security Agency has been collecting data from millions of communication service subscribers through access to many of the top US Internet companies, including Google, Facebook, Apple and Verizon. EPA/JIM LO SCALZO dpa (zu dpa "«Spiegel»: US-Geheimdienst späht EU aus " vom 29.06.2013) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Markas besar NSA di Fort MeadeFoto: picture-alliance/dpa

Jelas bahwa dinas rahasia selalu mengincar data dan informasi. Juga jelas bahwa perusahaan IT sejak lama menjual pengetahuan dan teknologinya kepada pemerintah. Selain itu, data pelanggan juga penting bagi segi komersial. Ini semuanya merupakan persyaratan sempurna untuk kerjasama yang menguntungkan.

"Perusahaan marketing online AS punya koleksi data pribadi yang meluas. mereka nyaris dapat mengumpulkan data setiap waktu dan mencapai pengguna", ujar Jeffrey Chester, direktur "Center for Digital Democracy" di Washington kepada Deutsche Welle. "Kami tidak memberikan data secara suka rela. Perdebatan seputar PRISM seharusnya difokuskan pada pertumbuhan dan teknologi imperium data komersial yang tidak bertanggung jawab kepada siapa pun juga," tambahnya.

Hubungan antara jaringan sosial dan pemerintahan bukan sesuatu yang baru, dan perusahaan seperti Google serta Microsoft giat mencari order dari kementrian pertahanan, tukas Chester. Menurutnya, yang bermasalah adalah NSA yang mengambil bekas orang penting Facebook.

Penyadapan meluas

Luas kerja sama keseluruhan antara NSA dengan jaringan sosial tetap merupakan teka-teki. Chester menjelaskan, "Mereka menyadap posisi geografis dan riwayat pengguna." Jaringan online berupaya keras memperluas akses terhadap informasi user dan "membentuk pusat-pusat komando untuk mengontrol media sosial dan menganalisanya."

Simon Weiß dari Partai Piraten Jerman mendesak agar transparansi ditingkatkan. Tanpa informasi resmi, masyarakat hanya dapat berspekulasi mengenai berapa luasnya kerjasama dinas rahasia dengan jaringan sosial. Menurutnya, dinas terkait harus diwajibkan untuk memberikan informasi terkait kepada masyarakat.

Memudahkan akses

Carl Miller, direktur "Center for the Analysis of Social Media" (CASM) di Inggris tidak heran melihat kasus Max Kelly. "Kami pikir, pasti ada stuktur yang memungkinkan pemerintah mengakses know-how di tempat yang paling terpusat, yaitu di sektor swasta."

Jaringan sosial selalu menegaskan, mereka hanya memberikan data kepada dinas pemerintah bila dipaksa sesuai dengan UU. Namun kenyataanya, mereka sendiri aktif agar datanya lebih mudah diakses dinas pemerintah.

Miller menambahkan, sudah jelas bahwa aparat keamanan berminat untuk mendapatkan data dari jaringan sosial, karena keseluruhan kehidupan sosial ditunjukkan pada platform digital. Dan perlu dicatat bahwa jaringan sosial juga semakin menjadi forum kriminalitas.