1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Albania Kewalahan Hadapi Sampah

Johan Mirbach11 Agustus 2013

Selain sampah sendiri, Albania masih mengimpor sampah dari negara lain dengan alasan untuk daur ulang. Para pegiat lingkungan melancarkan protes.

https://p.dw.com/p/19N5D
Müllkippe in der Nähe von Durres
Sampah AlbaniaFoto: DW/J. von Mirbach

Timbunan sampah terlihat di pinggir sungai dan di banyak tempat lain, di pinggiran ibukota Tirana atau di kota pelabuhan Durres. Tidak hanya masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Pemerintah kota juga melakukan itu. Misalnya di kota Durres yang terletak di Albania Utara.

Durres tidak punya tempat pembuangan sampah resmi. Jadi sampah dari sekitar 200.000 penduduk di buang ke lapangan di pinggir kota. Banyak kambing dan babi mencari makanan di sana. Para pemulung sampah mencari platik, kertas dan besi tua yang bisa dijual. Untuk mendapat besi tua, para pemulung membakar sampah. Bahan-bahan beracun mencemari udara dan air.

Pegiat lingkungan Lavdosh Ferruni sudah lama mengeluhkan tempat pembuangan sampah ini. "Selama 23 tahun terakhir, konsumsi di Albania meningkat pesat," tutur Ferruni. "Tapi infrastruktur yang lain tidak dibangun. Kita meproduksi jauh lebih banyak sampah daripada yang bisa kita kelola."

Banjir Sampah Impor

Di seluruh Albania, hanya ada dua tempat penampungan sampah yang memenuhi standar Uni Eropa. Satu ada di Tirana, yang lain ada di Bushat di Albania utara. Negara itu berharap bisa menjadi anggota Uni Eropa tahun 2014.

Selain sampah dalam negeri, Albania juga kebanjiran sampah impor. Menurut keterangan Kementerian Lingkungan, tahun 2011 ada 300.000 ton impor sampah besi tua dan 20.000 ton plastik. Sampah itu terutama berasal dari Italia.

Para pegiat lingkungan kuatir, ada sampah beracun yang masuk dari Italia. Karena tidak ada pengawasan memadai untuk sampah impor. Importir sampah memasukkan sampah dari Italia dengan alasan akan didaur ulang. Tapi kelompok lingkungan curiga, sebagian sampah masuk secara ilegal dan dibuang begitu saja. Namun mereka tidak punya bukti tentang sampah beracun.

Der Umweltschützer Lavdosh Ferruni im Gespräch mit einer Anwohnerin in Tirana
Ferruni (kanan) berdiskusi dengan penduduk TiranaFoto: DW/J. von Mirbach

Wakil menteri Lingkungan Taulant Bino membantah masuknya sampah beracun. Tapi ia mengakui memang ada kasus korupsi di bagian cukai. Kementerian Lingkungan tidak bisa menjamin bahwa tidak ada sampah ilegal yang masuk dari Italia, katanya.

Bisnis Yang Gagal

Insinyur Jerman Wolfgang Krause dua tahun lalu membangun instalasi daur ulang di Albania utara untuk perusahaan Jerman. Perusahaan itu menginvestasikan sekitar setengah juta Euro. Instalasi daur ulang itu rencananya akan menerima sampah plastik dan didaur ulang. Hasilnya akan dijual dengan harga 60 Euro per ton kepada mitra-mitra mereka. Ia memperhitungkan keuntungan sekitar 7 Euro per ton sampah.

Tapi rencana itu gagal, sebab Wolfgang Krause tidak menerima cukup sampah untuk didaur ulang. Hanya sekitar 8 persen sampah yang datang dari jumlah yang diperkirakan semula. Padahal menurut perkiraan, setiap bulan di kota Shkodra di Albania utara ada 2.000 ton sampah.

"Ternyata pemerintah lokal membuang sampahnya ke pinggir sungai, dibagi-bagi di beberapa lokasi tertentu. Mereka berharap, air pasang pada awal tahun akan membawa sampah itu ke laut," kata Wolfgang Krause.

Pengelolaan sampah di Albania gagal karena salah urus dan korupsi. Para politisi tidak terlalu peduli dengan masalah sampah. Karena itu, para investor juga segan datang. Penduduk dan alam Albania dirugikan karena sampah tidak terurus.