1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Teror di Paris

7 Januari 2015

Pelaku berkedok wajah melakukan aksi penembakan membabi buta sambil meneriakkan "Allahu akbar" di kantor majalah satir di Paris menewaskan 12 orang. Ini aksi teror paling mematikan di Paris dalam dua dekade terakhir.

https://p.dw.com/p/1EGBx
Frankreich Terror Presse Anschlag auf Charlie Hebdo in Paris
Foto: Reuters/J. Naegelen

Saksi mata melaporkan kepada iTele network, ia melihat beberapa orang yang mamakai penutup muka dengan menenteng senapan otomatis menyerbu kantor mingguan satir Charlie Hebdo di Paris. Jurubicara kejaksaan di Paris, Agnes Thibault-Lecuivre mengkonfirmasi, 12 orang tewas akibat serangan teror itu.

"Pelaku naik ke lantai dua kantor mingguan bersangkutan dan menembak membabi buta", papar Christophe DeLoire dari organisasi Reporters Without Borders. "Ini hari paling kelam dalam sejarah kebebasan pers di Perancis", tambah dia.

Aparat kepolisian langsung melakukan penyidikan dan pelacakan tersangka pelaku. Luc Poignant dari kepolisian Perancis melaporkan, pelaku kabur menggunakan mobil curian. Belum diketahui kelompok mana yang bertanggung jawab untuk serangan teror tersebut.

Mingguan Charlie Hebdo berulangkali mendapat ancaman dari kelompok ekstrimis terkait kartun Nabi Muhammad serta satir terkait Islam lainnya. Tahun 2011 lalu kantor majalah ini diserang bom molotov terkait kartun Nabi Muhammad. Charlie Hebdo baru saja mengirim pesan twitter berisi kartun satir komandan Islamic State yang menyebutkan "tunggu sampai akhir Januari hingga kami menyampaikan ucapan Tahun Baru".

Dikecam internasional

Aksi teror terhadap media di Paris itu sontak memicu kecaman keras dari seluruh dunia. Presiden Perancis, Francois Hollande mengutuk serangan teror tersebut. "Kami akan terus mengejar dan menyeret pelakunya ke pengadilan," ujar Hollande. Ketua Uni Eropa, Jean-Claude Juncker mengutuk serangan itu sebagai aksi barbar. "Ini aksi yang tidak bisa ditolerir," ujar Juncker.

Kanselir Jerman, Angela Merkel mengecam keras aksi pembunuhan itu, sebagai serangan terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers itu. "Aksi menjijikan ini bukan hanya serangan pembunuhan terhadap warga Perancis dan keamanan negara itu, melainkan serangan terhadap inti dari budaya demokrasi bebas" ujar Merkel.

Sementara presiden AS, Barack Obama lewat jurubicara Gedung Putih menegaskan siap membantu Pernacis memburu para pelaku serangan teror itu. Ditegaskan, perancis adalah mitra paling handal dalam memerangi teroris Islamic State.

as/vlz (ap,dpa,afp, rtr)