1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Penculikan Perkecil Peluang Perdamaian

Greta Hamann8 Februari 2013

Di Kolumbia dua warga Jerman diculik kelompok gerilyawan ELN. Masih belum jelas apa latar belakang penculikan itu. Tapi insiden ini memperkecil peluang perdamaian.

https://p.dw.com/p/17aKB
several members of guerilla group 'Ejercito de Liberacion Nacional' (ELN) in Fortul, Colombia, 13 August 2012.
Gerilyawan ELN di KolumbiaFoto: picture-alliance/dpa

Sejak pertengahan 2012 Presiden Kolumbia Juan Manuel Santos melakukan banyak perjalanan. Ia berangkat ke Oslo untuk melakukan perundingan dengan kelompok gerilyawan terbesar Kolumbia, FARC. Selain itu, ia beberapa kali berkunjung ke Havanna di Kuba untuk melakukan pembicaraan dengan wakil-wakil FARC. Ini adalah rangkaian pembicaraan pertama antara pemerintah dan gerilyawan Kolumbia sejak sepuluh tahun terakhir. Untuk pembicaraan itu mereka memilih tempat yang netral di luar Kolumbia.

Banyak pengamat menilai, rangkaian perundingan baru ini adalah langkah besar menuju proses perdamaian. Namun sekarang terlihat, pemerintah Kolumbia ternyata tidak memperhitungkan kelompok gerilyawan yang lain. Sementara FARC berunding dengan pemerintah, kelompok gerilyawan ELN sekarang mencari jalan untuk menarik perhatian dunia luar. Pertengahan Januari, ELN menculik lima orang asal Kanada, Peru dan Kolumbia. Selain itu, sejak sembilan minggu mereka menahan dua pensiunan warga Jerman. ELN adalah kelompok gerilyawan kedua terbesar di Kolumbia setelah FARC.

Merusak Basis Untuk Perundingan

Pemerintah Kolumbia menduga, dengan melakukan aksi-aksi penculikan ini, kelompok gerilyawan ELN ingin menarik perhatian agar dilibatkan dalam perundingan perdamaian. Pengamat politik Sabine Kurtenbach dari GIGA-Institut di Hamburg punya pendapat serupa. Tapi ia tidak yakin taktik yang dijalankan ELN akan berhasil. ”Kalau memang itu tujuannya, jelas-jelas mereka gagal.” Banyak politisi Kolumbia yang dulu meminta pemerintah melakukan perundingan dengan ELN, sekarang mengambil jarak dari kelompok gerilyawan itu. Sabine Kurtenbach menerangkan, tindakan ELN malah merusak basis untuk perundingan.

Anggota FARC di meja perundingan di Havanna, Januari 2013
Anggota FARC di meja perundingan di Havanna, Januari 2013Foto: Reuters

Pemerintah Kolumbia sudah menyatakan, mereka baru akan memulai pembicaraan, jika semua sandera sudah dibebaskan. Sabine Kurtenbach tidak yakin bahwa ELN di masa depan tidak melakukan aksi penculikan lagi. ”Dalam kalangan ini, sangat penting bagi satu kelompok untuk menunjukkan kekuatan militernya.” Selain itu, aksi penculikan adalah sumber pendapatan yang menarik bagi kelompok-kelompok teror.

Stefan Ofteringer bekerja di Kolumbia untuk organisasi bantuan Jerman Misereor. Ia bertugas antara lain menyusun laporan tentang situasi hak asasi manusia. Ia juga meragukan, apakah aksi-aksi ELN bisa memaksa Presiden Juan Manuel Santos untuk melakukan perundingan. Malah sebaliknya. ”Pemerintah saat ini justru mendapat tekanan makin besar dari kubu kanan.” Mantan Preisiden Kolumbia, Uribe dan para jenderal militer menolak perundingan dengan kelompok gerilyawan kiri. Mereka lebih mengutamakan solusi militer. ”Setelah aksi penculikan ini, kalau Santos melakukan satu langkah mendekati ELN, ini akan sangat merusak citranya di mata publik”, kata Ofteringer.

Tujuan Tidak Jelas

Apa sebenarnya tujuan kelompok gerilyawan melakukan penculikan, tidak ada yang tahu pasti. Di situs internetnya ELN menyatakan, mereka menahan dua orang spion dari Jerman. Kementerian Luar Negeri Jerman menerangkan, kedua orang itu berkunjung ke Kolumbia sebagai turis. Tapi ELN tetap berpegang pada teorinya. Menurut kelompok gerilyawan itu, kedua warga Jerman tersebut tidak bisa menerangkan secara jelas mengapa mereka berada di kawasan Catatumbo di timur laut Kolumbia yang jarang dikunjungi turis.

Konflik antara pemerintah dan gerilyawan kiri di Kolumbia adalah salah satu perang saudara tertua di dunia. FARC dan ELN didirikan tahun 1960-an sebagai gerakan marxis. Tujuan mereka adalah memperjuangkan keadilan. Selama puluhan tahun perang gerilya, diperkirakan sudah jatuh korban 200.000 orang tewas. Jumlah anggota kelompok gerilyawan memang tidak jelas. Tetapi kelompok FARC jauh lebih besar dari ELN. Kementerian Pertahanan Kolumbia memperkirakan, FARC punya sekitar 8000 anggota sedangkan ELN punya 1500 anggota. Menurut Sabine Kurtenbach, FARC lebih banyak beroperasi di daerah pedalaman, sedangkan ELN di kawasan perkotaan.