1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Kekerasan di Suriah Berlanjut

22 Maret 2012

Tanpa mengindahkan pernyataan PBB untuk segera menghentikan aksi kekerasan, rezim di Suriah melanjutkan gempuran ke kubu pemberontak.

https://p.dw.com/p/14PAI
Foto: REUTERS

Rezim di Damaskus terus melancarkan aksi kekerasan terhadap kelompok oposisi. Tentara pemerintah yang didukung 90 tank, Kamis (22/3) menyerbu kota Hama yang merupakan kubu pemberontak. Gempuran itu merupakan reaksi militer setelah sebelumnya pecah pertempuran antara tentara pro-Assad dengan pemberontak tentara pembebasan Suriah.

Tembakan artileri menghancurkan sejumlah rumah di distrik Arbain, yang merupakan kawasan pertahanan oposisi. "Kaum lelaki dipaksa berbaris, dan kemudian diangkut dengan sejumlah bus entah kemana", demikian dilaporkan saksi mata.

Syrien Homs Kämpfe Rauch
Homs terus digempur artileri militer SuriahFoto: AP

Oposisi melaporkan, sedikitnya 20 orang tewas dalam aksi kekerasan dua hari terakhir ini di sekitar Hama.

Juga provinsi Homs terus dibombardir memasuki hari ketiga, demikian laporan para aktifis. Akibatnya seorang pengungsi di kawasan perbatasan ke Libanon tewas akibat terkena granat. Homs terletak hanya 25 kilometer dari perbatasan Libanon.

Pertempuran juga dilaporkan berkobar di Harasta dekat ibukota Damaskus, di provinsi Deir al Zor serta di provinsi Deraa. Sejumlah serdadu pemerintah disebutkan tewas dalam aksi penyergapan oleh kelompok pemberontak di Deraa.

PBB tunggu jawaban Suriah

Sekretaris jenderal PBB, Ban Ki Moon menyatakan, pernyataan PBB memberikan pesan jelas kepada rezim di Suriah untuk segera mengubah sikapnya dan mencari upaya bagi solusi konflik. "Menimbang semakin memburuknya situasi di Suriah, solusi problem semakin mendesak dibanding sebelumnya," kata Ban yang saat ini sedang melakukan kunjungan ke ibukota Malaysia, Kuala Lumpur.

UN-Sicherheitsratssitzung zu Syrien
DK PBB putuskan pernyataan Suriah.Foto: dapd

Dewan Keamanan PBB dalam pernyataan yang dirilis Rabu (21/3) dengan kata-kata tegas dan jelas, menuntut segera diakhirinya aksi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di Suriah. Pemerintah dan oposisi juga diserukan untuk secepatnya menerapkan rencana perdamaian yang diajukan utusan khusus PBB dan Liga Arab, Koffi Annan.

Proposal enam poin yang diajukan Annan, antara lain menuntut segera dilakukan gencatan senjata, dialog politik antara pemerintah dan oposisi serta akses penuh bagi organisasi bantuan humaniter. Juga dituntut, agar militer menghentikan penggunaan artileri berat di kawasan padat penduduk, serta menarik tentara dari kota-kota yang didudukinya.

Rusia dan Cina puji pernyataan PBB

Rusia dan Cina yang akhirnya menyetujui pernyataan Dewan Keamanan PBB, setelah tiga kali memveto rancangan resolusi, secara senada memuji pernyataan PBB itu.

Treffen Westerwelle Sikorski Lawrow Berlin
Westerwelle, Sikorski dan Lavrov di BerlinFoto: picture alliance / dpa

"Pernyataan dewan keamanan mencerminkan kenyataan obyektif", kata menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov dalam pertemuannya dengan menlu Jerman, Guido Westerwelle dan menlu Polandia, Radoslav Sikorski di Berlin Rabu (21/3).

Cina memuji pernyataan itu sebagai langkah menuju solusi politik. Duta besar Cina di PBB, Li Baodang dalam waktu bersamaan juga menegaskan sikap Beijing, yang tetap menolak intervensi militer asing terhadap Suriah.

Sementara menteri luar negeri AS, Hillary Clinton melontarkan ancamannya, Assad harus memilih, menerapkan rencana Annan atau terus diisolasi.

Oposisi kritik pernyataan PBB

Dewan Nasional Suriah yang merupakan kelompok oposisi terbesar, sebaliknya mengritik pernyataan PBB tersebut. "Pernyataan itu akan bedampak sebaliknya, karena rezim presiden Bashar al Assad justru akan mendapat lebih banyak waktu, untuk melanjutkan serangannya", kata Samir Nashar dari dewan nasional Suriah kepada kantor berita AFP di Beirut Kamis (22/3).

"Dewan Keamanan PBB harus berbicara satu suara, dan tidak dalam bentuk pernyataan seperti itu", tuntut Nashar. "Diperlukan sebuah resolusi yang ditujukan langsung terhadap rezim, dengan target menghentikan aksi kekerasan terhadap warga Suriah", tambahnya.

Aktifis melaporkan, sedikitnya 9.000 orang tewas, kebanyakan warga sipil, setelah pecahnya aksi menentang rezim setahun lalu. Sedangkan pemerintah di Damaskus mengklaim, hingga kini sudah 3.000 serdadunya tewas akibat aksi kelompok teroris, demikian julukan rezim kepada kelompok oposisi bersenjata.

Agus Setiawan (afp;dpa,rtr)

Editor : Dyan Kostermans