1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jabat Tangan Bersejarah di Singapura

12 Juni 2018

Dengan mantap, kedua pemimpin saling mendekat lalu mengulurkan tangan untuk berjabatan. Pertemuan pertama dalam sejarah antara Presiden AS dan pemimpin Korut jadi sorotan dunia.

https://p.dw.com/p/2zKMg
Singapur Sentosa USA-Nordkorea Gipfel 1. Händedruck
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb

Beberapa minggu setelah retorika keras lewat media dan Twitter, pimpinan Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump bertemu secara langsung di Singapura.

Donald Trump sendiri begitu tiba di Singapura sudah meredam harapan yang terlalu tinggi untuk pertemuan itu. Dia menyebut pertemuan puncak ini sebagai "masa perkenalan".

Mereka datang ke Capella Hotel di pulau wisata Sentosa, melewati menara Shrek di sebuah taman hiburan milik Universal Studios. Tempat pertemuan mereka adalah bekas pangkalan militer Inggris.

Ketika keluar dari mobil limousine berwarna hitam, mereka tidak terlihat tersenyum. Detik-detik pertama pertemuan, keduanya bahkan sempat terlihat kaku.

Donald Trump dan Kim Jong Un lalu berjabat tangan 13 detik, untuk memberi kesempatan kepada wartawan mengambil gambar. Trump menjulurkan tangan untuk menyentuh bahu Kim, dan menatapnya saat Kim Jong Un mengatakan sesuatu.

Keduanya lalu berbalik menghadap ke kamera, mereka berdiri dihadapan selusin bendera Amerika Serikat dan Korea Utara yang dipasang. Mereka berdiri tegak tanpa senyum.

Namun ketika mereka akan berjalan menuju ruang pertemuan, barulah di raut wajah Kim terlihat senyuman. Kedua pria tampak lebih santai ketika mereka turun dari panggung di Capella Hotel.

Singapur Sentosa USA-Nordkorea Gipfel 4.  Händedruck
Foto: picture-alliance/Yonhap

Mereka terlihat mengobrol dan tersenyum saat akan memasuki ruang pertemuan dan melakukan pertemuan empat mata, masing-masing hanya disertai penerjemahnya.

Trump membuka percakapan dan mengatakan dia benar-benar "merasa sangat baik".

"Saya pikir, (pertemuan) ini akan sangat sukses, dan saya pikir kita akan memiliki hubungan yang hebat, saya tidak punya keraguan."

65 tahun lalu, pasukan Korea Utara yang didukung militer Cina dan pasukan sekutu pimpinan AS sepakat melakukan gencatan senjata. Sejak itu, Korea Utara mengisolasi diri dan mengembangkan senjata nuklir untuk menghadapi apa yang disebutnya "ancaman besar dari AS".

Sebelum pertemuan puncak itu dilakukan, kedua pihak sudah melakukan pembicaraan penjajakan dengan Korea Selatan, Cina dan Jepang.

Kim Jong Un yang duduk di seberang Trump di sebuah meja kecil mengatakan kepada presiden AS melalui penerjemahnya: "Tidak mudah untuk sampai ke sini.

"Masa lalu seperti membelenggu kaki kami, prasangka dan praktik lama menjadi penghalang dalam perjalanan kami," lanjut Kim, sementara Trump menatapnya dan mengangguk.

"Tapi kami berhasil mengatasi semuanya, dan kami ada di sini hari ini," sambung Kim.

Trump menjawab "Itu benar," lalu menjabat tangan Kim lagi, dan kali ini kedua pemimpin tersenyum.

Di Seoul, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyaksikan siaran langsung pertemuan itu sebelum menggelar rapat kabinet.

"Saya hampir tidak bisa tidur semalam," katan Moon kepada para menterinya, dan dia berharap akan ada sebuah "era baru di antara kedua Korea dan Amerika Serikat".

hp/vlz (rtr, afp, dpa)