1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akhiri Konflik di Darfur, AS Upayakan Dialog dengan Sudan

20 Oktober 2009

Senin (19/10), Presiden AS Barack Obama memberikan pilihan kepada pemerintah Sudan: menerima dana bantuan internasional dan mendamaikan kawasan Darfur atau menghadapi tekanan Amerika Serikat dan masyarakat internasional.

https://p.dw.com/p/KBF0
Kamp pengungsi di kawasan DarfurFoto: picture-alliance/ dpa

Dalam suatu pernyataan tertulis Obama menekankan, Amerika Serikat mencari dialog dengan pemerintah di Khartum. Pemerintah Sudan menyambut pendekatan baru Amerika Serikat. Ini bukan strategi isolasi, kata penasehat pemerintah Sudan Ghazi Salahadin. Ia menambahkan, dibandingkan strategi AS sebelumnya, strategi baru ini jelas memiliki poin-poin positif.

Sementara Menlu Hillary Clinton menandaskan, kini giliran pemerintah Sudan untuk bertindak. "Kami mencari solusi melalui keterlibatan yang luas serta dialog terbuka. Tapi kata-kata saja tidak cukup. Asesment dari perkembangan dan keputusan, apakah Sudan menerima insentif atau tidak tergantung dari perubahan yang bisa diverifikasi dan kondisi di lapangan. Menurunnya upaya dari pihak manapun akan dijawab dengan tekanan dalam bentuk disinsentif dari pemerintah AS dan mitra internasional kami."

Menlu Hillary Clinton menambahkan, target AS adalah menghentikan kejahatan perang dan kekerasan di Darfur serta menjamin implementasi kesepakatan perdamaian antara Khartum dan kelompok pemberontak yang dicapai tahun 2005. Goyahnya kesepakatan perdamaian ini mengancam stabilitas Sudan. Apalagi Sudan akan menggelar pemilu tahun 2010 depan dan referendum mengenai pemisahan kawasan selatan tahun 2011.

Anne Itto, pejabat senior bekas kelompok pemberontak Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM) mendesak agar Obama tetap bertindak tegas terhadap pemerintah di Khartum. Itto menegaskan, pemberlakukan sanksi terhadap Sudan beralasan dan situasinya tidak berubah.

Menlu AS Hillary Clinton berpendapat, situasi di Darfur tetap tidak tuntas setelah enam tahun. Clinton menambahkan, sangat penting untuk menjamin agar Sudan tidak menjadi tempat persembunyian bagi kelompok teroris internasional.

Mengenai strategi politik AS untuk Sudan, utusan Khusus AS Scott Gration menjelaskan: "Fokusnya pada implementasi penuh perjanjian perdamaian komprehensif yang bertujuan mewujudkan perdamaian yang luas dan berkelanjutan di Darfur. Strategi ini memanfaatkan pengaruh, kemampuan diplomasi, pertahanan, pembangunan Amerika Serikat untuk membawa stabilitas, keamanan dan peluang bagi HAM bagi masa depan yang lebih baik bagi Sudan."

Jerry Fowler, ketua NGO Save Darfur Coalition, lembaga swadaya masyarakat yang memayungi sekitar 100 organisasi mengatakan, ada tiga butir yang kritikal bagi implementasi kebijakan AS. Yang pertama, dunia internasional tak seharusnya memberikan insentif kepada Khartum selama tidak ada perkembangan yang konkret dan berkelanjutan dalam menuntaskan krisis di Sudan. Kedua, pemerintah AS harus menemukan dukungan luas baik bagi insentif maupun tekanan terhadap Sudan.

Terutama Cina, yang selama ini menolak pemberlakukan sanksi lebih ketat terhadap Sudan yang adalah salah satu pemasok minyak terpentingnya. Utusan khusus AS untuk Sudan Scott Gration mengatakan, Beijing tak menolak strategi baru AS. Meski ada perbedaan menyoal taktik tapi secara strategis AS dan Cina memiliki tujuan yang sama, kata Gration.

Syarat ketiga agar kebijakan AS berhasil menurut Jerry Fowler adalah keterlibatan langsung Presiden Obama. Misalnya dengan mengangkat tema Sudan dalam kunjungannya ke Cina bulan depan.

ZER/YF/afp/rtr