1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akhir Era Gaddafi dan Assad?

13 Mei 2011

Berbagai harian Eropa menyoroti Libya dan peran koalisi militer internasional di Libya.

https://p.dw.com/p/11FeL
Muamar GaddafiFoto: dapd

Harian Perancis "La Charente Libre" mengomentari operasi militer internasional di Libya sebagai berikut:

Diperlukan kemunafikan yang cukup besar untuk tetap menegaskan bahwa koalisi militer internasional hanya menaati yang ditetapkan dalam resolusi PBB dan tidak pernah bertujuan untuk menyingkirkan penguasa Libya, Muammar Gaddafi. Koalisi tentu saja ingin bahwa para pemberontak melaksanakan tujuan mereka dengan lebih baik. Meskipun koalisi kini menumpukan harapannya pada pembelot dari lingkungan terdekat rejim untuk menjatuhkan Gaddafi, tetapi sulit untuk membayangkan bahwa pembunuhan Gaddafi tidak termasuk ke dalam rencana koalisi. Selain itu, pengeboman juga dapat menimbulkan korban yang tak terhindarkan.

Koran Perancis "Sud-Ouest" melihat penguasa di Libya dan Suriah berada pada akhir kekuasaannya:

Perlawanan negara-negara Arab terhenti di Misrata. Muammar Gaddafi masih tampil di Libya dengan gagah di depan kamera, namun nasibnya sudah dipastikan. Secara politik ia sudah tiada. Sedangkan di Suriah, Bashar al Assad masih bisa mengirimkan pendukungnya yang paling brutal untuk menekan dan menembak mati rakyatnya. Ia hanya akan mendapat penundaan, namun sudah divonis. Sama halnya dengan aliansi terdekatnya, Iran. Kemarahan rakyat juga terasa di negeri itu.

Harian Spanyol "El Pais" memuat tajuk mengenai diberlakukan kembali pemeriksaan perbatasan di Denmark:

Orang tidak tahu apa yang lebih buruk. Alasan yang diberikan Denmark untuk melakukan kembali pemeriksaan perbatasan yang sebenarnya sudah tidak lagi dilaksanakan di wilayah Schengen, atau pengijinan kebijakan itu oleh mitra-mitra Uni Eropa? Alasan yang diajukan Kopenhagen adalah omong kosong dan buruk. Gelombang migran memicu peningkatan kriminalitas. Argumentasi untuk mencegah masuknya migran dari Rumania dan Bulgaria itu digunakan Denmark untuk menepis tudingan rasis. Keputusan itu berhasil diloloskan oleh kubu ultra kanan. Ini adalah dinamik rasistis yang dimulai dengan cara penanganan Italia dan Perancis terhadap ribuan pendatang Tunisia yang meninggalkan tanah airnya akibat konflik politik. Dan Eropa membiarkan hal ini terjadi.

Selanjutnya harian "La Republica" yang terbit di Roma dalam tajuknya menulis tentang buku harian almarhum Osama bin Laden:

Halaman-halaman buku harian bin Laden didominasi kegandrungan dengan sebuah tema, yaitu Amerika. Ide yang melekat dalam benak pemimpin Al Qaida ini adalah bangsa Amerika yang merupakan pusat dari kebencian universal pribadinya. Semua yang diimpikannya bila menulis tentang "11 September yang baru" adalah pembebasan kawasan Arab dari Amerika dan budaya Amerika, dari kultur oksidental. Saat membaca cuplikan pertama dari buku harian itu terdapat kesan kuat bahwa mungkin Osama sendiri yang ketakutan ketimbang sebaliknya.

Christa Saloh/dpa/afp

Editor: Hendra Pasuhuk