1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

120911 Südafrika Justiz

13 September 2011

Pengadilan Afrika Selatan melarang politisi muda ANC, Julius Malema menyanyikan sebuah lagu perjuangan, Senin (12/09). Hakim menetapkan, lagu yang menyerukan pembakaran petani kulit pulit itu merusak masyarakat Afsel.

https://p.dw.com/p/12Ygh
In this photo taken Tuesday Sept 23, 2008 African National Congress Youth League (ANCYL) leader Julius Malema,during a press conference in Johannesburg. South Africa's ruling party is trying to rein in Malema, a young firebrand who is sowing disunity among its old Communist allies, threatening President Jacob Zuma's efforts to build unity as the country grapples with economic recession (AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi)
Julius Malema, tokoh sayap pemuda partai ANC.Foto: AP

Memprovokasi kebencian suku atau lagu revolusi?

Hakim pengadilan Yohannesburg,  Collin Lamont menetapkannya dengan tegas, bahwa kini di Afrika Selatan, mereka yang  menyanyikan "Dubhula ibhunu" bersalah melakukan penghasutan kebencian.

Tokoh sayap pemuda partai ANC, Julius Malema mengetahui ini dan mengulanginya secara sengaja. Dengan begitu ia sadar akan dampaknya.

"Dubhula ibhunu“ berarti „Bunuh kaum Boer", kaum kulit putih yang selama puluhan tahun menduduki Afrika Selatan. Selama tiga minggu proses pengadilan, dimunculkan pertanyaan apa makna persis ungkapan itu. Apakah artinya, "Bunuh kaum Boer", "Tembak kaum Boer" atau "Tembaki kaum Boer"?

Argumentasi itu didengarkan Hakim Lamont dengan seksama. Ia bahkan mengizinkan tokoh pemuda yang digugat itu untuk menyanyikannya.


Pihak penggugat adalah AfriForum - sebuah kelompok minoritas berbahasa afrikaans yang berasal dari Belanda. Disebut juga kaum Boer, kelompok inilah yang hingga 1994 secara brutal memerintah dengan menjalankan politik Apartheid dan merupakan target serangan lagu yang dinyanyikan Malema.

Pengiritik menyebut, tak lama usai Malema menyanyikan lagu tersebut pada April 2010, tokoh kanan radikal berkulit putih Eugene Terre'Blanche dibunuh orang. Oleh sebab itu, Malema secara tidak langsung juga bertanggung jawab.

Rejim kulit putih kini sudah tiada. Begitu ungkap Hakim Lamont.  Ia mengatakan, bila tidak ada terjemahan yang tepat untuk lagu tersebut, maka fokusnya ada pada perasaan suku minoritas yang ditohok.

Malema mencap proses pengadilan sudah terpolitisasi.

"Komrad, kita tidak usah takut menyanyikan lagu revolusi ini", seru Malema. 

Namun ia tidak hadir saat putusan dijatuhkan. Di ruang sidang, Winnie Mandela tampak hadir mendukung Malema. Ia menyebut proses ini hanya buang-buang waktu. Hakim berpendapat lain. Dalam lagu itu kaum kulit putih juga disebut pemerkosa dan perampok.

Malema juga diwajibkan menanggung sebagian ongkos pengadilan, karena itu diperkirakan kasus ini akan berkelanjutan. Di luar gedung, para pendukungnya berteriak-teriak menyanyikan lagu tersebut.

Sementara itu, partai ANC yang kini memerintah mengecam keputusan pengadilan, karena dinilai tidak menghargai sejarah. Di pihak lain, partai itu juga bermasalah dengan Malema. Tokoh sayap pemuda ANC itu menghadapi hukuman disipliner di dalam partai. Bagi banyak orang, Malema kini dianggap sebagai provokator yang kehilangan kontrol.

Claus Stäcker / Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk