1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

100909 Afghanistan 9/11

11 September 2009

Sebulan setelah serangan teror 11 September 2001 Amerika dibantu para sekutunya menyerbu Afghanistan dan menggulingkan rejim radikal Islam Taliban. Washington menganggap para sekutu jaringan teror Al Kaeda bertanggungjaw

https://p.dw.com/p/JcxP
Perahu kayuh di danau Band-e-Amir, provinsi Bamiyan. Pemerintah Afghanistan berusaha menghidupkan sektor pariwisata.Foto: AP

Bagi Ghulam Ali dari Kabul, peristiwa 11 September 2001 telah membebaskan negerinya dari ketidakbebasan dan khaos.

"Waktu itu hampir tak ada orang yang mengecap kebebasan. Tapi kini, syukurlah, orang-orang bisa bebas bergerak“, kata Ali.

Akhir November 2001, beberapa minggu setelah rangkaian serangan dan intervensi militer di Afghanistan, masyarakat internasional berkumpul dalam konferensi untuk Afghanistan di Petersberg, Bonn, Jerman. Bersama para wakil dari empat kelompok politik terpenting di Afghanistan, mereka mengajukan perubahan bagi perkembangan politik kelak di Hindukush.

Afghanistan menerima bantuan internasional dengan target menghidupkan proses demokrasi dan pembangunan kembali negeri itu. Hampir delapan tahun kemudian, Taliban kembali melancarkan serangan hebat terhadap aliansi militer internasional, pemerintah Afghanistan dan terhadap rakyatnya sendiri.

Karena itulah jurnalis Afghanistan Mohammad Qassim Achgar mengkritisi strategi dunia internasional di Afghanistan dan pemerintah di Kabul.

"Tidak diragukan lagi, konferensi Afghanistan di Bonn membawa sejumlah hasil.Tapi saya ragu konferensi itu memiliki pengaruh luas dan serius dalam perkembangan politik“, kata Achgar.

Pemerintah Karzai melibatkan orang-orang yang dikenal tidak demokratis, dalam pembangunan tatanan masyarakat dan politik yang baru, begitu kritik Achgar. Ketika itu Karzai meyakini, mereka tidak bisa diabaikan karena mereka begitu berkuasa.

Ia menambahkan, "Atas nama jaminan perdamaian, para panglima perang disertakan dalam kehidupan politik. Para penjahat perang dilibatkan dan orang-orang yang menentang hak-hak kaum perempuan ikut dirangkul."

Proses pembangunan di Afghanistan tidak berhasil, walaupun dunia internasional berkomitmen untuk mewujudkannya, kata aktivis Aziz Rafiie. Ia juga menimpakan tanggungjawab ke pundak para politisi.

"Pihak yang sebetulnya bertanggungjawab adalah para pemimpin politik Afghanistan dan negara-negara tetangga. Mereka tidak bisa mencapai kesepahaman bersama menyangkut hal-hal yang substansial“, kata Rafiie.

Sewindu setelah serangan 11 September 2001, situasi di Afghanistan masih jauh dari tenang. Pemilu sebulan lalu dibayangi tuduhan manipulasi dan kecurangan besar-besaran. Hasil akhirnya belum juga dapat diumumkan.

Perlawanan Taliban dan Al Kaeda menguat kembali, termasuk di kawasan yang sebelumnya relatif tenang, seperti di provinsi-provinsi utara. Kehadiran Taliban kini bahkan bisa dilihat di hampir seluruh penjuru Afghanistan.

Hari ini, 11 September 2009, dua tentara NATO dilaporkan tewas dalam baku tembak dengan Taliban. Total tentara asing yang tewas sejak 2001, 1380 orang. Angka ini lebih kecil daripada jumlah rakyat sipil, tentara dan polisi Afghanistan yang tewas, dalam kurun waktu yang sama.

Walau demikian para pakar setuju bahwa sudah banyak yang dicapai Afghanistan. Kini ada banyak partai politik, media yang bebas, sekolah, juga bagi anak perempuan, proyek-proyek pembangunan dan klinik. Dengan dukungan internasional, Afghanistan kini membentuk aparat keamanan nasional, tentara dan polisi.

Majed Malek/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk