“Abenomic“ yang Mujarab
17 Mei 2013Stimulus fiskal besar prakarsa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang dikenal dengan sebutan “Abenomic“ tampaknya mujarab.
Antara Januari hingga Maret tahun ini, produk domestik brutto negara matahari terbit itu naik 0,9 persen. Dengan tingkat laju tahunan 3,5 persen, Jepang memimpin di antara negara-negara G7. Pertumbuhan itu mendorong pemulihan ekonomi di Jepang yang mengalami kontraksi selama enam bulan tahun 2012. Demikian paparan data resmi yang dirilis oleh kantor kabinet Jepang pekan ini.
Angka pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun ini, melebihi perkiraan para analis ekonomi, yang mengira pertumbuhannya mencapai 0,7 persen. Menteri ekonomi Jepang Akira Amari menggambarkan pertumbuhan ini sebagai awal yang baik memasuki tahun 2013.
Data yang dipaparkan oleh kantor kabinet Jepang itu menunjukan pertumbuhan yang cukup substansial di sektor ekspor yang disebabkan melemahnya mata uang yen. Sebagai tambahan, pengeluaran pribadi naik 0,9 persen, yang mendorong menguatnya pasar saham dalam beberapa bulan terakhir dan kenaikan gaji pegawai.
Dengan meningkatnya pengeluaran konsumen, maka kegiatan produksi perusahaan juga bertambah. Pasar saham Jepang naik 70 persen sejak November 2012, sementara mata uang nasional terdevaluasi terhadap Euro.
Perkembangan perekonomian tersebut tak lepas dari kebijakan pro pertumbuhan ekonomi yang dilancarkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang menekan bank sentral di negara itu melakukan pelonggaran moneter yang agresif. Sementara PM Jepang itu juga mendorong anggaran pengeluaran pemerintahan.
Kebijakan yang dikenal dengan sebutan "Abenomics" itu bertujuan untuk mengatasi tahun-tahun resesi yang menimpa Jepang, dengan cara melemahkan yen dan penguatan saham. Keduanya merupakan konsekuensi dari strategi ekonomi. Abe berharap untuk memacu inflasi yang lebih tinggi dari setidaknya dua persen hingga dua tahun ke depan.
Pengeluaran modal yang dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang dalam kuartal pertama turun 0,7 persen. Bagaimanapun juga, booming perekonomian ini belum memacu ekonomi riil. Selain itu defisit anggaran lebih dari empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu, ketika melemahnya yen menyebabkan produk buatan luar negeri menjadi semakin mahal.
Kebijakan ekonomi Abe dianggap tak berbahaya. Paling buruk, adalah terjadinya pelarian modal atau meningkatnya beban utang. Namun konsekuensi itupun amat jauh. Abe masih harus mampu meyakinkan pebisnis akan dampak pelemahan yen dan pemulihan lanjutan.
Abe mengambil langkah-langkah yang juga mendorong perbaikan kerangka kerja perusahaan-perusahaan di Jepang. Langkah pertama yang diambil adalah perdagangan bebas dengan Eropa dan Pasifik. Kedua, meningkatkan layanan penitipan anak sehingga perempuan dapat leluasa bekerja. Ketiga, mendorong inovasi teknologi.
AP/VLZ (dw/afp/rtr)