1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

3 Jalur Utama Migrasi Ilegal Yang Penuh Marabahaya

15 Desember 2017

Belum pernah manusia melakukan migrasi sebanyak sekarang ini, dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Inilah tiga rute migrasi utama beserta bahayanya.

https://p.dw.com/p/2pRc9
Griechenland Lesbos Flüchtlinge
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Hilton

PBB memperkirakan, sekitar 244 juta orang saat ini hidup sebagai migran di seluruh dunia. Jumlah ini berarti peningkatan tajam dibandingkan tahun 1990 yang mencatat 143 juta migran.

Angka ini diperkirakan akan melonjak lagi pada tahun-tahun mendatang. Menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM, saat ini ada sekitar 23 juta orang yang sedang menyiapkan kepindahan ke negara lain.

Di luar proses migrasi yang berlangsung secara legal dalam prosedur yang ketat, ada migrasi ilegal yang jumlahnya jauh lebih besar lagi. Inilah tiga jalur utama migrasi ilegal yang penuh marabahaya:

Jalur Afrika Timur

Sekalipun media penuh dengan pemberitaan masalah pengungsi, kebanyakan migran tidak bermaksud untuk mencapai Eropa. Menurut data lembaga bantuan Jerman Brot für die Welt, sekitar 90 persen pengungsi ada di negara-negara berkembang, seringnya di negara-negara Afrika.

Afrika Uganda - Südsudanische Flüchtlinge
Anak pengungsi di kamp penampungan pengungsi UgandaFoto: picture-alliance/AP Photo/J. Delay

Banyak orang misalnya mencari perlindungan di Ethiopia. Dalam statistik global, Ethiopia menduduki peringkat ke 5 negara-negara yang paling banyak menerima pengungsi. Sejak awal 1990an terjadi perang saudara di Somalia. Hampir 7 juta orang di kawasan itu tergantung pada bantuan pangan PBB, 800 ribu orang terancam kelaparan. Lebih 1 juta orang melarikan diri ke Ethiopia atau ke Kenya.

Di Afrika timur juga ada Uganda. Negara ini punya politik pengungsi yang sangat terbuka, sehingga menjadi salah satu tujuan utama pengungsi yang datang dari Kongo atau Sudan selatan. Kedua negara ini sudah bertahun-tahun diguncang konflik dan perang saudara. Pengungsi di Uganda mendapat sepetak tanah, yang bisa mereka olah sendiri.

Namun jalur pengungsian dari Sudan selatan ke Uganda penuh dengan bahaya. Kebanyakan pengungsi melakukan perjalanan malam hari, karena khawatir bertemu dengan tentara. "Setiap malam kami berdoa, agar bisa tiba di Uganda dengan selamat", kata seorang pengungsi perempuan kepada organsasi bantuan Care pertengahan tahun ini.

Jalur Amerika Tengah

Sejak Donald Trump dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, migrasi menjadi sorotan utama lagi di negeri paman Sam itu. Terutama karena rencana Trump membangun tembok pemisah antara Meksiko dan AS. Tidak ada statistik tentang berapa orang yang menyeberang perbatasan ini setiap tahunnya. Namun menurut  Migration Policy Institute saat ini ada sekitar 11 juta migran tanpa dokumen legal di AS, setengahnya berasal dari Meksiko.

Grenze Mexiko USA Mutter und Kind
Perbatasan Meksiko-AS di San IsidroFoto: Getty Images/AFP/G. Arias

Banyak migran menggunakan Meksiko sebagai negara transit untuk masuk ke AS. Mereka berasal dari El Salvador, Guatemala dan Honduras. Menurut keterangan Amnesty International, tahun 2010 kebanyakan imigran gelap adalah kaum muda. Namun saat ini situasinya berubah: Banyak imigran gelap adalah keluarga yang berusaha lari dari kekerasan di negaranya.

Tanpa pendamping lokal, jalur perbatasan Meksiko-AS adalah daerah berbahaya. Banyak perampok yang mengintai pada pengungsi untuk merampas harta yang mereka bawa. Ada juga patroli sipil warga AS yang tidak senang dengan imigran ilegal. Mereka melakukan pengawasan perbatasan atas prakarsa sendiri dan jika perlu menggunakan senjata untuk menghalau pendatang ilegal.

Menurut keterangan lembaga PBB IOM, tahun 2017 sudah lebih 340 orang tewas di perbatasan Meksiko-AS. Jika tidak menjadi korban gerombolan penjahat, mereka kebanyakan mati kehausan atau tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai. Banyak kerangka manusia ditemukan di kawasan pegunungan kering di selatan negara bagian Arizona.

Jalur laut di Asia Tenggara

Banyak pengungsi menggunakan kapal kabur dari Myanmar dan Bangladesh untuk mencapai negara lain di Asia Tenggara, terutama Thailand, Malaysia dan Indonesa. Kebanyakan mereka adalah etnis Rohingya, minoritas Muslim yang sering mengalami penindasan di Myanmar. Sejak pertengahan tahun ini, diperkirakan sekitar 600 ribu orang melarikan diri dari represi di Myanmar dengan perahu. Banyak pengungsi yang tewas di tengah laut karena kelaparan atau karena kapalnya karam.

Bagi sindikat penyelundup dan perdagangan manusia, rute Asia Tenggara sekarang makin atraktif, karena puluhan ribu pengungsi menunggu untuk menggunakan jasa mereka. Menurut lembaga Jerman Asienhaus, sindikat penyelundup manusia ini bekerja dengan brutal. Ada pengungsi yang ditahan di dalam hutan sampai keluarganya membayar uang tebusan. Banyak juga pengungsi yang mengalami penyiksaan atau pemukulan di atas kapal. Mereka juga tidak mendapat makanan yang cukup dan sering dibiarkan terkatung-katung di tengah laut.

Perjalanan mencapai Thailand dan Malaysia bagi pengungsi Rohingya penuh ancaman. Di kawasan perbatasan telah ditemukan sekitar 200 kuburan massal berisi ratusan kerangka manusia. Organsisi bantuan Dokter Tanpa Batas Negara menerangkan, antara akhir Agustus sampai akhir September saja ada sekitar 6700 warga Rohingya tewas, di antaranya banyak anak-anak.

Stephanie Höppner (hp/as)